Salah satunya adalah pemeriksaan darah. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan kadar hemoglobin (Hb), fungsi ginjal, kadar elektrolit seperti kalsium, elektroforesis dan imunofiksasi.
"Cek elektroforesis dan imunofiksasi dilakukan untuk menentukan ada tidaknya peningkatan imunoglobulin," tutur dokter spesialis penyakit dalam RS Pondok Indah, dr Toman L. Toruan, SpPD, KHOM dalam diskusi media di SCBD Jakarta, Kamis (27/4/2017).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Bukan Nyeri Tulang Biasa, Begini Gejala Myeloma yang Penting Diketahui
Jika perlu, dr Toman menuturkan pemeriksaan genetik juga bisa dilakukan. Pemeriksaan ini berguna untuk melihat apakah ada gangguan kromosom pada orang yang dicurigai, untuk mendasari terjadinya myeloma.
Apabila hasil dari pemeriksaan-pemeriksaan tersebut mengarah pada myeloma, pemeriksaan lanjutan yang perlu dilakukan adalah Bone Marrow Puncture atau BMP. Tindakan ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari 'pabriknya' yakni sumsum tulang.
"Diambilnya di area pinggir ya, kalau sarafnya kan di tengah. Jadi tak perlu khawatir akan bikin lumpuh atau cacat. Untuk mengurangi nyeri juga akan dibius dan diberi obat antinyeri dulu," imbuh dr Toman.
Baca juga: Mengenal Myeloma, Kanker Darah yang Kerap 'Terlupakan'
(ajg/vit)











































