National Society for the Prevention of Cruelty to Children (NSPCC) Inggris mengatakan Blue Whale Challenge bisa jadi populer akibat tekanan teman sebaya atau peer pressure. Remaja akan sulit menolak melakukan tantangan ini jika teman-temannya sudah pernah mencoba dan melakukannya.
"Akan sangat sulit bagi remaja untuk menolak jika teman sebaya mereka memaksanya untuk melakukan blue whale challenge, padahal mereka sendiri merasa tidak aman dan takut," tulis NSPCC dalam keterangannya, dikutip dari The Sun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
NSPCC pun meminta orang tua untuk lebih aktif mengawasi perilaku anak di media sosial. Jika anak terlihat murung dan menjadi lebih tertutup daripada biasanya setelah menggunakan media sosial, orang tua bisa bertanya dan memberikan arahan.
"Untuk itu penting bagi orang tua untuk memberikan pesan pada anak bahwa tidak apa-apa menolak permintaan teman jika permintaan tersebut dapat melukai mereka atau membuat tidak nyaman," tambah NSPCC lagi.
Hal senada juga dikatakan oleh dr Andri SpKJ, FAPM, dari klinik Psikosomatik RS Omni Alam Sutera. Dikatakan dr Andri, menyayat diri sendiri, bangun tengah malam dan menonton film horor hingga bunuh diri bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan.
Namun bagi remaja yang sudah memiliki gejala depresi ataupun remaja yang mengidap gangguan kepribadian ambang, risiko melakukan hal-hal tersebut cukup besar. Hal ini dikarenakan masalah kejiwaan yang mereka alami membuatnya tidak bisa mengambil keputusan dengan baik.
"Ini kan tidak benar karena yang dianggap menang adalah mereka yang berhasil bunuh diri. Padahal Hari Kesehatan Sedunia tahun ini mengambil tema Depression: Let's Talk," tambah dokter yang aktif di twitter lewat akun @mbahndi ini.
Baca juga: Ini Alasannya Blue Whale Challenge Sangat Berbahaya Bagi Remaja (mrs/vit)











































