"Ya saya sudah dengar soal ini. Kabarnya RS Dharmais yang sudah terkena dan saat ini sedang dicek kembali dan kemungkinan untuk mem-back up data yang ada," kata Ketua Umum Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), dr Kuntjoro Adi Purjanto, M. Kes.
PERSI sendiri saat ini membantu menginventarisir apakah ada rumah sakit lain di seluruh Indonesia yang terkena serangan ini. "Nanti dikiranya sedang hang, tidak tahunya kan sedang ada serangan begitu. Sadis banget menyerang rumah sakit. Itu bisa mengacaukan semuanya. Kirim ambulans, obat, resep obat yang paperless juga bisa jadi berantakan kan," keluh dr Kuntjoro.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini biar datanya dibebaskan maka harus bayar sama orang yang udah nyerang itu kan jahat sekali. Ini data-data pasien segala macam lho. Kasihan pasien-pasien, apalagi pasien yang sudah tua harus nunggu lama, klaim BPJS bisa jadi kacau, kacau semua," sambung dr Kuntjoro.
Dikutip dari detikInet, serangan siber ini menggunakan teknik bernama ransomware, jenis virus malware (malicious software) yang berkembang paling cepat. Data dalam komputer di ribuan lokasi yang terkena ransomware, terkunci oleh program yang meminta pemilik untuk membayar USD 300 dalam bentuk mata uang virtual Bitcoin, jika 'kunci' itu ingin dibuka.
Terkait hal itu, Kementerian Kominfo juga telah bekerja menanggulanginya. Langkah penanggulangan dilakukan bersama sejumlah instansi terkait.
Karena ransomware itu tidak terdeteksi antivirus dan bisa menginfeksi tanpa bisa dicegah, seluruh dunia kalang kabut. Apalagi yang menggunakan sistem operasi Windows tanpa update patch untuk menambal celah keamanannya. (vit/vit)











































