Choking Game Makan Korban Lagi, Begini Rekomendasi Pakar

Choking Game Makan Korban Lagi, Begini Rekomendasi Pakar

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Selasa, 23 Mei 2017 19:10 WIB
Choking Game Makan Korban Lagi, Begini Rekomendasi Pakar
Foto: thinkstock
Jakarta - Satu lagi korban jatuh gara-gara choking game. Korban hanya dilaporkan siswa sekolah menengah atas di New Jersey, tetapi pihak sekolah menutupi identitasnya.

Mereka juga tidak menjelaskan apakah siswa tersebut meninggal akibat choking game dengan cara mencekik dirinya sendiri atau lewat bantuan temannya.

Ironisnya, tahun lalu di satu distrik yang sama juga tercatat sudah ada tiga siswa yang meninggal akibat permainan ini. Yang pertama adalah Martha Moye (29 Maret 2016), Kyra O'Dwyer (9 Desember 2016) dan terakhir, Gage Dobson (28 Februari).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini mendorong Nick Markarian, pengawas Bernards Township School District untuk melayangkan surat peringatan kepada para orang tua siswa tentang kematian siswa yang dikaitkan dengan tantangan mematikan tersebut.

"Perlu ditekankan bahwa sudah ada penelitian yang menyebut anak-anak yang mencoba permainan ini meninggal secara tragis setelah mencobanya untuk pertama atau kedua kali," tegas Nick.

Nick menambahkan, permainan ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, semisal menahan napas atau mencekik lehernya dengan alat tertentu.

"Padahal segala jenis sesak napas bisa mengakibatkan stroke, kejang, kerusakan retina, kerusakan otak hingga kematian, walaupun sesaknya hanya sebentar," lanjutnya.

Baca juga: Jangan Tiru! Remaja Ini Tewas Setelah Ikuti Tren Choking Game

Sebuah studi yang dilakukan di tahun 2006 menyebut, seperlima anak berusia 18 tahun mengaku pernah mencoba tren permainan ini, demi bisa merasakan eurofia atau perasaan 'high' tanpa perlu mengonsumsi obat-obatan terlarang.

Pemerintah AS memperkirakan, dengan makin naiknya popularitas choking game, lebih dari enam anak di AS meninggal tiap tahunnya. GASP (Games Adolescents Shouldn't Play) mencatat, di New Jersey sendiri sudah terjadi 10 kasus kematian tanpa disengaja yang berkaitan dengan choking game.

Persoalannya, generasi muda dewasa ini memiliki akses yang luas dan gratis untuk mendapatkan video tentang permainan ini, semisal dari situs berbagi YouTube atau media sosial seperti Facebook dan Instagram.

Untuk itu Nick meminta agar orang tua mendiskusikan bahaya permainan ini kepada anak-anak mereka, utamanya yang berusia remaja mengingat mereka memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan berisiko karena penasaran atau tekanan dari teman-temannya.

"Permainan ini umumnya dilakukan oleh siswa berusia 9-16 tahun, sebab otak mereka belum bisa memproses informasi sebaik otak orang dewasa, jadi mereka belum paham betul konsekuensi serius dari permainan semacam ini," ungkap Nick seperti dilaporkan Patch.

Ia juga merekomendasikan para orang tua untuk mengecek riwayat penelusuran internet di gawai buah hati mereka, termasuk mencari apakah ada sabuk, tali atau dasi yang ditinggalkan di tempat-tempat yang tak lazim atau tersembunyi.

"Perhatikan juga jika mata anak Anda tampak memerah, ada luka lecet di leher, atau sering mengeluh pusing setelah ditinggalkan seorang diri di rumah," pesannya.

Baca juga: Dokter Ingatkan Bahaya di Balik Tren Pass Out Challenge

Selain choking game, tren permainan berbahaya lain yang sedang heboh di kalangan remaja di antaranya adalah pass out/skip challenge dan blue whale challenge. Kesemuanya sudah dipastikan 'haram' dilakukan oleh anak-anak dan remaja karena bisa berakibat fatal.

(lll/vit)

Berita Terkait