Jakarta -
Mengidap penyakit diabetes melitus bukan berarti tidak bisa berpuasa. Pakar mengatakan dengan persiapan yang baik, pasien diabetes melitus tetap bisa menjalankan ibadah puasa.
"Sekitar 79 persen pasien diabetes melitus tipe 2 akan berpuasa saat bulan Ramadan. Tentunya harus ada persiapan agar ibadah puasa bisa maksimal," tutur dr Wismandari Wisnu, SpPD-KEMD, FINASIM, beberapa waktu lalu.
Lantas, apa saja yang harus diperhatikan dan disiapkan pasien diabetes jika ingin puasa? Yuk simak empat hal ini:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Studi: Diet 'Puasa' Bisa Pulihkan Pankreas Penyandang Diabetes
1. Pengalaman puasa sebelumnya
Foto: Thinkstock
|
Diabetes adalah penyakit progresif yang bisa makin memburuk seiring berjalannya waktu, apalagi jika tidak terkontrol. Karena itu pengalaman puasa tahun sebelumnya tidak bisa dijadikan patokan untuk menjalani puasa saat ini."Jika tahun lalu aman, tidak berarti tahun ini sama. Bisa jadi kondisinya lebih jelek karena tidak terkontrol. Tapi bisa juga lebih baik, masing-masing individu berbeda," ujarnya.
2. Konsultasi ke dokter
Foto: Thinkstock
|
Dikatakan dr Wismandari, hal terpenting yang harus dilakukan pasien diabetes sebelum memutuskan puasa adalah berkonsultasi ke dokter. Konsultasi ke dokter penting untuk melihat apakah kondisi pasien diabetes memiliki risiko fatal atau tidak jika berpuasa."Puasa kan sebenarnya cuma pindah jam makan saja. Jika tidak ada komplikasi berat atau masalah lainnya, dokter tidak mungkin melarang pasien yang ingin berpuasa," ungkapnya.
Baca juga: Pengidap Diabetes Bisa Survive! Begini Cara Mengendalikan Penyakitnya
3. Cek gula darah berkala
Foto: ilustrasi/thinkstock
|
Saat puasa, pasien diabetes melitus tipe 2 rentan mengalami hipoglikemia atau gula darah yang turun secara drastis. Karena itu, pasien dianjurkan mengecek gula darah secara berkala di sore hari."Kalau gula darahnya sudah di bawah 70 atau 60 saat puasa itu sudah risiko hipoglikemia, dan dianjurkan untuk segera berbuka dengan minum air gula supaya tidak ngedrop," tutur dr Wismandari lagi.
4. Jadwal makan dan minum obat
Foto: ilustrasi/thinkstock
|
Dikatakan dr Wismandari, puasa Ramadan mengubah waktu makan dan minum obat pasien. Karena itu, perubahan waktu makan dan minum obat harus diantisipasi agar gula darah tidak naik dan turun secara tiba-tiba."Kalau puasa, porsi makannya diatur jadi sahur 30 persen, buka puasa 50 persen dan sesudah tarawih 20 persen. Begitu juga dengan waktu minum obatnya mengikuti waktu makan," lanjutnya.
Diabetes adalah penyakit progresif yang bisa makin memburuk seiring berjalannya waktu, apalagi jika tidak terkontrol. Karena itu pengalaman puasa tahun sebelumnya tidak bisa dijadikan patokan untuk menjalani puasa saat ini.
"Jika tahun lalu aman, tidak berarti tahun ini sama. Bisa jadi kondisinya lebih jelek karena tidak terkontrol. Tapi bisa juga lebih baik, masing-masing individu berbeda," ujarnya.
Dikatakan dr Wismandari, hal terpenting yang harus dilakukan pasien diabetes sebelum memutuskan puasa adalah berkonsultasi ke dokter. Konsultasi ke dokter penting untuk melihat apakah kondisi pasien diabetes memiliki risiko fatal atau tidak jika berpuasa.
"Puasa kan sebenarnya cuma pindah jam makan saja. Jika tidak ada komplikasi berat atau masalah lainnya, dokter tidak mungkin melarang pasien yang ingin berpuasa," ungkapnya.
Baca juga: Pengidap Diabetes Bisa Survive! Begini Cara Mengendalikan Penyakitnya
Saat puasa, pasien diabetes melitus tipe 2 rentan mengalami hipoglikemia atau gula darah yang turun secara drastis. Karena itu, pasien dianjurkan mengecek gula darah secara berkala di sore hari.
"Kalau gula darahnya sudah di bawah 70 atau 60 saat puasa itu sudah risiko hipoglikemia, dan dianjurkan untuk segera berbuka dengan minum air gula supaya tidak ngedrop," tutur dr Wismandari lagi.
Dikatakan dr Wismandari, puasa Ramadan mengubah waktu makan dan minum obat pasien. Karena itu, perubahan waktu makan dan minum obat harus diantisipasi agar gula darah tidak naik dan turun secara tiba-tiba.
"Kalau puasa, porsi makannya diatur jadi sahur 30 persen, buka puasa 50 persen dan sesudah tarawih 20 persen. Begitu juga dengan waktu minum obatnya mengikuti waktu makan," lanjutnya.
(mrs/vit)