Jakarta -
Aktivitas sahur kadang bisa menimbulkan pertanyaan demi tetap terjaganya stamina selama berpuasa. Meski memang, masing-masing orang memiliki kebiasaan masing-masing dalam menjalankan sahur.
Nah, dirangkum detikHealth dari berbagai sumber, berikut ini pertanyaan seputar sahur yang sering dilontarkan dan jawabannya. Apa saja? Yuk simak.
Baca juga: Lemas Saat Puasa? Mungkin Hal-hal Ini Penyebabnya
1. Boleh tidur setelah sahur?
Foto: Thinkstock
|
jika waktu tidur dirasa sudah cukup, ahli gizi Rita Ramayulis DCN, MKes, menyarankan untuk tidak tidur setelah sahur. Sebab, dikatakan Rita sesudah sahur lambung dalam keadaan penuh sehingga aliran darah yang berisi oksigen dan sari makanan akan menuju ke sekitar lambung.Saat aliran darah terpusat di lambung, otomatis aliran darah ke otak, sel di tangan, kaki, dan bagian tubuh lain pun menurun. Akibatnya, aliran darah tidak terdistribusi dengan baik. Bukannya tubuh kekurangan oksigen, tetapi karena tidak ada yang mengantarkan oksigen dan sari makanan ke organ yang lain.
"Saat tidur kerja organ basal kita menurun sehingga makanan tidak dicerna secara maksimal, enzim tidak bekerja maksimal, aliran darah berpusat di lambung. Nanti saat bangun tubuh bisa dua kali lipat lemasnya," terang Rita.
Hanya saja, bila dirasa waktu tidur kurang, dibolehkan sesudah sahur untuk tidur tetapi dengan catatan posisi kepala harus lebih tinggi, seperti orang setengah duduk. Sebab, seringkali terjadi ketika seseorang tidur sesudah makan sahur, ia akan muntah, demikian disampaikan dr Andreas Prasadja RPSGT.
"Nah itu biasa terjadi kalau seseorang mengalami GERD akibat naiknya asam lambung. Kondisi ini lebih sering terjadi pada orang yang memiliki sleep apnea atau gangguan tidur seperti ngorok," terang dr Ade
2. Kapan waktu sahur yang tepat?
Foto: ilustrasi/thinkstock
|
dr Herry Djagat Purnomo, SpPD-KGEH, Kepala Divisi Gastroentero-Hepatologi Departemen Penyakit Dalam FK UNDIP/RSUP Dr. Kariadi Semarang mengatakan bahwa sebaiknya makan sahur itu menjelang imsak. Alasannya sederhana, agar tidak mudah lapar karena makanan lebih panjang waktunya berada di dalam lambung."Itu sesuai dengan sunnah rosul. Rosullah sudah memberi contoh dalam ajarannya kita diminta untuk segera berbuka puasa dan mengakhirkan makan sahur. Anjuran makan sahur mendekati imsak itu kita bisa lebih tahan tidak mudah lapar karena bisa lebih panjang makanan dalam lambung," papar dr Herry.
Dijelaskannya bahwa proses pencernaan makanan di lambung membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam. Sementara proses keseluruhan metabolisme mulai dari menghancurkan makanan hingga penyerapan membutuhkan waktu 8 jam. Sehingga minimal ada waktu 12 jam tubuh tidak akan merasa lapar.
3. Bangun sahur telat, apa efek kalau sahur dengan minum air putih?
Foto: Thinkstock
|
Ahli gizi Leona Victoria Djajadi MND mengatakan memang sebaiknya setiap sahur seseorang mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, protein dan serat. Jika kurang nyaman mengonsumsi makanan berat, jangan hanya minum air putih. Tetapi, menu sahur bisa diganti dengan 'snack size meal', seperti sandwich isi (bisa diisi macam-macam, keju, sayur, ham, sosis), bubur oatmeal/gandum lainnya (bisa dibuat dengan susu, ditambah madu ataupun buah buahan seperti pisang), atau milkshake (susu diblender dengan sayur dan/atau buah)."Sehingga semua komponen penting didapat namun volume tidak terlalu besar, pun mudah diolah/dikunyah ataupun disiapkan di pagi hari," kata Victoria.
4. Apa efek kalau sahur makan mi instan?
Foto: iStock
|
"Mi instan itu mengandung kadar glikemik yang tinggi, energi yang kita keluarkan banyak, sehingga cepat lapar," kata dr Tirta Prawita Sari, MSc, SpGK.Dia menjelaskan saat menjalankan ibadah puasa, tak jarang banyak orang yang merasa lemas dan merasa malas beraktivitas. Hal ini terjadi karena metabolisme tubuh menurun. Padahal, metabolisme berguna untuk keberlangsungan hidup dan menghasilkan energi.
Itu makanya selama puasa perlu dilakukan pola makan yang baik, yakni konsumsi makanan rendah glikemik saat sahur, dan tinggi glikemik saat berbuka.
5. Bagaimana teknik sahur yang pas?
Foto: thinkstock
|
Pakar ilmu gizi dari Departemen Ilmu Gizi FKUI dr A.R Inge Permadhi, MS, SpGK mengatakan bahwa rahasia agar bebas lapar dan ngantuk terletak pada bagaimana teknik sahur seseorang. Teknik sahur yang tepat haruslah meliputi menu makanan yang sehat serta waktu sahur yang pas dan sesuai dengan sistem pencernaan dan metabolisme tubuh."Salah satu caranya adalah dengan makan makanan bergizi. Perbanyak makan makanan berserat seperti buah dan sayur. Jangan lupa perbanyak konsumsi cairan seperti air putih. Serat dari buah dan sayur jika digabungkan dengan air akan mengental seperti agar-agar atau gel, yang dapat mengembang di lambung. Inilah yang membuat perut akan kenyang seharian," kata dr Inge.
Sementara itu, dr Nany Leksokumoro, MS, SpGk dari Omni Hospital menyarankan agar ketika sahur jangan terlalu banyak makan nasi atau meminum minuman manis seperti teh, sirup atau minuman bersoda.
"Sebisa mungkin mengganti makanan karbohidrat murni seperti nasi dan minuman manis. Kalau bisa dikurangi dan tidak mengonsumsi terlalu banyak, karena akan mengakibatkan ngantuk," sambungnya.
jika waktu tidur dirasa sudah cukup, ahli gizi Rita Ramayulis DCN, MKes, menyarankan untuk tidak tidur setelah sahur. Sebab, dikatakan Rita sesudah sahur lambung dalam keadaan penuh sehingga aliran darah yang berisi oksigen dan sari makanan akan menuju ke sekitar lambung.
Saat aliran darah terpusat di lambung, otomatis aliran darah ke otak, sel di tangan, kaki, dan bagian tubuh lain pun menurun. Akibatnya, aliran darah tidak terdistribusi dengan baik. Bukannya tubuh kekurangan oksigen, tetapi karena tidak ada yang mengantarkan oksigen dan sari makanan ke organ yang lain.
"Saat tidur kerja organ basal kita menurun sehingga makanan tidak dicerna secara maksimal, enzim tidak bekerja maksimal, aliran darah berpusat di lambung. Nanti saat bangun tubuh bisa dua kali lipat lemasnya," terang Rita.
Hanya saja, bila dirasa waktu tidur kurang, dibolehkan sesudah sahur untuk tidur tetapi dengan catatan posisi kepala harus lebih tinggi, seperti orang setengah duduk. Sebab, seringkali terjadi ketika seseorang tidur sesudah makan sahur, ia akan muntah, demikian disampaikan dr Andreas Prasadja RPSGT.
"Nah itu biasa terjadi kalau seseorang mengalami GERD akibat naiknya asam lambung. Kondisi ini lebih sering terjadi pada orang yang memiliki sleep apnea atau gangguan tidur seperti ngorok," terang dr Ade
dr Herry Djagat Purnomo, SpPD-KGEH, Kepala Divisi Gastroentero-Hepatologi Departemen Penyakit Dalam FK UNDIP/RSUP Dr. Kariadi Semarang mengatakan bahwa sebaiknya makan sahur itu menjelang imsak. Alasannya sederhana, agar tidak mudah lapar karena makanan lebih panjang waktunya berada di dalam lambung.
"Itu sesuai dengan sunnah rosul. Rosullah sudah memberi contoh dalam ajarannya kita diminta untuk segera berbuka puasa dan mengakhirkan makan sahur. Anjuran makan sahur mendekati imsak itu kita bisa lebih tahan tidak mudah lapar karena bisa lebih panjang makanan dalam lambung," papar dr Herry.
Dijelaskannya bahwa proses pencernaan makanan di lambung membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam. Sementara proses keseluruhan metabolisme mulai dari menghancurkan makanan hingga penyerapan membutuhkan waktu 8 jam. Sehingga minimal ada waktu 12 jam tubuh tidak akan merasa lapar.
Ahli gizi Leona Victoria Djajadi MND mengatakan memang sebaiknya setiap sahur seseorang mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, protein dan serat. Jika kurang nyaman mengonsumsi makanan berat, jangan hanya minum air putih. Tetapi, menu sahur bisa diganti dengan 'snack size meal', seperti sandwich isi (bisa diisi macam-macam, keju, sayur, ham, sosis), bubur oatmeal/gandum lainnya (bisa dibuat dengan susu, ditambah madu ataupun buah buahan seperti pisang), atau milkshake (susu diblender dengan sayur dan/atau buah).
"Sehingga semua komponen penting didapat namun volume tidak terlalu besar, pun mudah diolah/dikunyah ataupun disiapkan di pagi hari," kata Victoria.
"Mi instan itu mengandung kadar glikemik yang tinggi, energi yang kita keluarkan banyak, sehingga cepat lapar," kata dr Tirta Prawita Sari, MSc, SpGK.
Dia menjelaskan saat menjalankan ibadah puasa, tak jarang banyak orang yang merasa lemas dan merasa malas beraktivitas. Hal ini terjadi karena metabolisme tubuh menurun. Padahal, metabolisme berguna untuk keberlangsungan hidup dan menghasilkan energi.
Itu makanya selama puasa perlu dilakukan pola makan yang baik, yakni konsumsi makanan rendah glikemik saat sahur, dan tinggi glikemik saat berbuka.
Pakar ilmu gizi dari Departemen Ilmu Gizi FKUI dr A.R Inge Permadhi, MS, SpGK mengatakan bahwa rahasia agar bebas lapar dan ngantuk terletak pada bagaimana teknik sahur seseorang. Teknik sahur yang tepat haruslah meliputi menu makanan yang sehat serta waktu sahur yang pas dan sesuai dengan sistem pencernaan dan metabolisme tubuh.
"Salah satu caranya adalah dengan makan makanan bergizi. Perbanyak makan makanan berserat seperti buah dan sayur. Jangan lupa perbanyak konsumsi cairan seperti air putih. Serat dari buah dan sayur jika digabungkan dengan air akan mengental seperti agar-agar atau gel, yang dapat mengembang di lambung. Inilah yang membuat perut akan kenyang seharian," kata dr Inge.
Sementara itu, dr Nany Leksokumoro, MS, SpGk dari Omni Hospital menyarankan agar ketika sahur jangan terlalu banyak makan nasi atau meminum minuman manis seperti teh, sirup atau minuman bersoda.
"Sebisa mungkin mengganti makanan karbohidrat murni seperti nasi dan minuman manis. Kalau bisa dikurangi dan tidak mengonsumsi terlalu banyak, karena akan mengakibatkan ngantuk," sambungnya.
(rdn/up)