Geser Jam Makan Bisa Jadi Cara Ampuh Atasi Jet Lag

Geser Jam Makan Bisa Jadi Cara Ampuh Atasi Jet Lag

Aisyah Kamalia - detikHealth
Minggu, 04 Jun 2017 14:03 WIB
Geser Jam Makan Bisa Jadi Cara Ampuh Atasi Jet Lag
Foto: Getty Images
Jakarta - Penelitian baru menunjukkan bahwa menggeser waktu makan Anda dapat mengubah jam internal tubuh Anda. Itu berarti, Anda bisa pulih dari jet lag dengan lebih mudah.

Hal ini dimungkinkan dengan cara mengubah jam biologis kadar gula darah. Namun untuk mengubah jam biologis tentu juga harus didahului memahami cara kerja tubuh Anda.

Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Current Biology, jam biologis tubuh atau ritme sirkadian, dikendalikan oleh inti suprakiasmatik yang berada jauh di inti otak, seperti dikutip dari Live Science pada Minggu (4/6/2017).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suprakiasmatik dapat diaktifkan dengan mengekspos tubuh dengan cahaya atau dengan mengonsumsi suplemen melatonin. "Tapi cahaya dan melatonin memiliki sedikit efek langsung pada ritme metabolisme," kata Jonathan Johnston, peneliti kronobiologi di University of Surrey.

Namun, suprakiasmatik bukanlah satu-satunya jam dalam tubuh manusia. Ada jam lainnya yang dapat dibangkitkan untuk mengatur jam biologis, yakni jam periferal.

Baca juga: Siklus Tidur Kacau? Coba Atasi dengan Camping di Akhir Pekan

Periferal pada dasarnya adalah molekul dalam sel yang merespons sinyal dari suprakiasmatik dan membantu mengendalikan fungsi metabolisme tertentu di wilayah tubuh sel tersebut. Fungsi utamanya adalah mengatur kadar gula darah dalam tubuh.

Dalam studi terbarunya, Johnston dan tim pun mengundang sepuluh pria sehat untuk diamati tentang bagaimana tubuh mereka merespons jadwal makan yang berbeda.

Selama penelitian dilakukan, seluruh responden tersebut tinggal di laboratorium selama 13 hari. Di tiga hari pertama penelitian, para pria diberi sarapan 30 menit setelah bangun tidur, dilanjutkan dengan makan siang 5 jam kemudian dan makan malam 5 jam setelah itu. Semua makanan memiliki jumlah kalori dan jumlah karbohidrat, lemak dan protein dalam jumlah yang sama.

Tiga hari setelahnya, pada responden tidak diperbolehkan tidur selama 37 jam. Selama masa ini, lampu di laboratorium tetap redup, sehingga para pria tidak mengalami perubahan dalam cahaya yang mungkin dapat memberi sinyal waktu pada jam biologis mereka. Mereka diberi makanan setiap jam.

Semasa periode 37 jam tersebut, para peneliti mengukur berbagai komponen ritme sirkadian mereka dengan cara mengambil darah setiap jamnya untuk melihat kadar hormon dan ekspresi gen tertentu. Setiap 6 jam, sampel jaringan lemak juga diambil dari dubur tiap responden.

Kemudian, jadwal makan kembali diubah. Setelah bangun tidur, para pria tidak makan sampai mereka bangun selama 5 jam. Jadwal ini berlangsung selama enam hari. Setelahnya, para pria tersebut kembali tidak diperbolehkan tidur selama 37 jam.

Dari hasil studi tersebut ditemukan bahwa setelah pria yang 'memindahkan' jadwal makan mereka selama 5 jam, ritme kadar gula darah mereka juga bergeser sebanyak 5 jam, kata Johnston.

Temuan baru ini menunjukkan bahwa untuk menyesuaikan diri dengan zona waktu baru atau jadwal kerja yang berbeda, seseorang dapat menyesuaikan waktu makannya, selain dengan mengekspos tubuh dengan cahaya."Orang-orang bisa menyesuaikan waktu makan mereka ke zona waktu tujuan sebelum terbang,"

Uniknya, tim peneliti tidak menemukan perubahan pada kenaikan dan penurunan melatonin atau kortisol setelah perubahan jadwal makan yang dialami responden. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan tersebut disebabkan memang benar-benar disebabkan oleh perubahan pada jam periferal.

(ajg/ajg)

Berita Terkait