Pemimpin studi Prof Robert Read mengatakan ia bersama tim melakukan eksperimen ini karena ingin tahu mengapa ada orang yang bisa kebal terhadap pertusis. Beberapa dari relawan kemungkinan akan jatuh sakit, namun diperkirakan akan ada juga yang kebal meski tak pernah diimunisasi dan kebal tapi masih bisa menyebarkan bakterinya ke orang lain (silent carrier).
Pertusis sendiri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Pada orang dewasa infeksi pertusis dapat menyebabkan gejala batuk yang bertahan lama hingga berbulan-bulan. Sementara pada anak infeksi bisa lebih berbahaya menyebabkan kematian karena anak dapat tersedak kesulitan bernapas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami ingin tahu apa yang begitu spesial dari orang-orang (yang imun -red) ini. Dan mengapa kita tidak bisa membuat orang-orang menjadi silent carrier," kata Prof Robert seperti dikutip dari BBC, Selasa (20/6/2017).
Nantinya para relawan yang bersedia terinfeksi akan dipindahkan ke tempat isolasi khusus selama 17 hari. Tiap relawan akan memiliki ruang privatnya sendiri yang memiliki fasilitas lengkap mulai dari akses kamar mandi, ruang rekreasi, camilan, hingga akses ke berbagai jenis makanan dan minuman.
Tim dokter akan memantau kondisi mengambil sampel lendir para relawan secara rutin. "Hal ini mungkin akan sedikit terasa tidak nyaman, tapi seharusnya tidak akan menyakitkan atau berisiko untuk Anda," tulis peneliti dalam surat pendaftaran relawan.
Prof Robert mengatakan eksperimen sudah dipikirkan dengan matang sehingga aman dan tetap etis. Setiap relawan pada akhir studi akan diberi antibiotik sampai benar-benar bersih dari bakteri dan bisa berhenti menyerah di tengah-tengah eksperimen bila ingin.
Baca juga: Studi: Peningkatan Campak dan Pertusis Berkaitan dengan Penolakan Vaksin (fds/ajg)











































