Para ahli kesehatan sendiri sebetulnya sangat tidak menyarankan remaja yang masih bersekolah SMP melakukan pernikahan. Alasannya karena ada beragam risiko kesehatan yang akan dihadapi, terlebih bila sang perempuan nantinya hamil mengandung anak.
Apa saja risiko-risiko itu? Berikut beberapa contohnya seperti detikHealth dari berbagai sumber:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Preeklampsia
Seorang wanita yang menikah terlalu muda lalu hamil di bawah usia 20 tahun disebut ahli akan sangat berisiko untuk mengalami komplikasi kehamilan. Salah satunya disebut oleh dr Arietta Pusponegoro, SpOG(K), risiko untuk mengalami preeklampsia atau gejala hipertensi.
Preeklampsia diketahui merupakan salah satu faktor penyebab kematian pada ibu ketika melahirkan serta keguguran. Menurut dr Arietta risiko preeklampsia pada calon ibu muda terjadi karena tubuhnya belum siap menerima kehamilan.
"Pada ibu hamil di usia yang terlalu muda, badan belum 'pintar' menyesuaikan diri," pungkas dr Arietta.
Pasangan yang menikah muda rentan lahirkan bayi prematur. Foto: thinkstock |
2. Prematur
dr Arietta mengatakan pada kehamilan remaja atau di bawah usia 20 tahun, risiko ketuban pecah dini lebih besar. Ketika ketuban pecah dini maka terpaksa bayi dilahirkan prematur. Bayi prematur memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami masalah kesehatan dan tentunya juga membutuhkan biaya perawatan yang lebih banyak.
"Artinya bayi belum siap hidup di luar kandungan ibu karena organ-organnya belum matang," kata dr Arietta.
Baca juga: Ayah dan Ibu Perlu Tahu, 3 Kategori Usia Bayi Prematur
3. Berat lahir rendah
Anak yang lahir prematur belum tumbuh sempurna di dalam rahim, oleh karena itu berat badan tubuhnya juga bisa lebih rendah dari yang seharusnya. Berbagai penelitian mengaitkan anak dengan berat lahir rendah dengan kondisi mulai dari lebih rentan depresi, pasif, risiko mengalami diabetes tipe-2, hingga penurunan tingkat intelegensia.
"Jadi modal di otaknya kalah sama bayi yang cukup bulan. Karena semakin cukup bulan maka bayi akan semakin baik dan kondisi otaknya juga bagus," kata dr Agung Zentyo Wibowo, ketua Prematur Indonesia.
4. Stunting
Kehamilan pada ibu yang berusia 20 tahun ke bawah dapat memicu anak stunting atau tumbuh pendek. Hal ini bisa terjadi karena berbagai faktor namun pada intinya asupan nutrisi ibu tak cukup terpenuhi selama mengandung.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbangkes) Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dr dr Trihono, MSc menjelaskan sebaiknya menikah di usia 20 tahun ke atas. Pernikahan yang dilakukan oleh sepasang anak SMP tersebut tak dianjurkan karena keduanya masih belum matang secara fisik dan mental.
"Kalau kawin umur di bawah 20 tahun, dengan tinggi badan kurang dari 155 cm dan berat badan kurang dari 45 kg, nantinya bisa dipastikan kalau anak yang lahir akan mengalami stunting (pendek)," jelas dr Trihono.
Mental remaja belum matang untuk menjadi orang tua. Foto: Ilustrasi/ Thinkstock |
5. Masalah psikologi
Psikolog anak dan remaja Ratih Zulhaqqi mengatakan jika seseorang menikah terlalu muda misalnya setelah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) atau bahkan masih SMP, maka bisa jadi ada life stage yang tidak terisi. Nah yang tidak terisi ini bisa jadi akan minta diisi suatu saat nanti.
Ratih mengatakan ia beberapa kali menemui pasangan yang menikah terlalu muda bercerai di usia pernikahan yang baru seumur jagung.
"Kalau lulus SMA itu remaja akhir, biasanya butuh eksistensi diri. Tapi jika kemudian langsung menikah bisa jadi life stage yang tidak terisi 'minta diisi' suatu saat nanti," kata Ratih dalam perbincangan dengan detikHealth. (fds/ajg)












































Pasangan yang menikah muda rentan lahirkan bayi prematur. Foto: thinkstock
Mental remaja belum matang untuk menjadi orang tua. Foto: Ilustrasi/ Thinkstock