Menurut Ratih Zulhaqqi, M.Psi., tindakan bullying terhadap remaja dengan autisme bisa memberikan efek yang lebih buruk, mengingat mereka mengalami kesulitan tersendiri dalam berinteraksi.
"Mereka kan biasanya punya kesulitan untuk berinteraksi, bagaimana bersikap ketika di-bully," tandasnya saat berbincang dengan detikHealth, Minggu (16/7/2017).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Padahal mereka ini hanya kesulitan berinteraksi dan berkomunikasi, ada masalah perkembangan, bukannya sakit," lanjutnya.
Baca juga: Viral Mahasiswa Berkebutuhan Khusus Di-bully, Mensos Menyayangkan
Ratih juga menganggap wajar ketika remaja berkebutuhan khusus yang viral tersebut melempar rekan-rekannya dengan bak sampah. "Ketika dia nggak nyaman, teritorinya diganggu, ya akan muncul defence mechanism," ungkap Ratih lagi.
Mekanisme pertahanan yang diperlihatkan anak atau remaja autis sebenarnya berbeda-beda. Bila remaja yang bersangkutan belum 'terlatih' dengan baik, mereka cenderung memberikan respons fisik, bahkan kadangkala tidak terkontrol.
"Tetapi perlu jadi catatan bahwa ini kan anak kuliahan ya, berarti dia sebenarnya high functioning. Cuman karena lingkungan tetap menganggap aneh, kemudian muncul respons seperti itu," jelasnya.
Baca juga: Bullying Seperti Ini Sering Dialami Remaja dengan Autisme
Secara umum, dijelaskan Ratih, bullying tidak dapat dibenarkan. Bagaimanapun, tindakan ini menimbulkan efek negatif, baik pada pelaku maupun korban bullying itu sendiri.
"Perlu diingat, pelaku bullying itu juga bermasalah. Dari sisi pelaku, ia jadi cenderung mengembangkan perilaku negatif kemudian sulit berinteraksi dengan orang lain," pesan psikolog yang berpraktik di RaQQi - Human Development & Learning Centre tersebut.
Hanya saja pada korban, efeknya memang lebih buruk dari pelaku bullying. (lll/up)











































