Dirangkum dari berbagai sumber, sindrom tourette merupakan gangguan kerja jaringan otak atau kelainan pada neurotransmitter (saraf yang menghantarkan pesan ke seluruh anggota tubuh agar bekerja sebagai mana mestinya).
Menurut Prof Dr Teguh AS Ranakusuma, SpS(K), sindrom ini bisa dikarenakan faktor genetik yang didukung oleh lingkungan, seperti stres yang dialami oleh seorang ibu saat masih mengandung anak dengan sindrom tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Biasanya ini terjadi pada anak SD sampai anak SMP, " tuturnya.
Tidak menutup kemungkinan sindrom ini juga dimiliki oleh orang yang sudah dewasa. Risiko sindrom ini pun lebih besar menyerang pria dibandingkan wanita.
Tora Sudiro disebut-sebut mengidap sindrom Tourette Foto: Ibnu Hariyanto-detikcom |
Baca juga: Penderita Sindrome Tourette yang Tak Pernah Tenang
Ketika seseorang memiliki sindrom tourette gejala yang muncul adalah gerakan yang hiper, gerakan spontan (tic) baik pada anggota badan maupun suara yang tidak terkendali. Tetapi, untuk memahami lebih lanjut perlu adanya diagnosis dokter demi langkah pengobatan yang lebih baik.
Masih menurut dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) tersebut, sindrom tourette sebenarnya tidak termasuk sindrom yang langka. Sebanyak 0,5 hingga 13 per 10.000 orang terdiagnosis mengalami sindrom tourette.
Menengok sejarah, asal usul nama sindrom ini berasal dari nama seorang dokter dan neurolog Perancis, Georges Albert Édouard Brutus Gilles de la Tourette. Dokter inilah yang mencatat mengenai sembilan pasien yang mengidap sindrom serupa di tahun 1885.
Baca juga: Anak Tak Bisa Diam, Bisa Jadi Gejala Sindrom Tourette
(up/up)












































Tora Sudiro disebut-sebut mengidap sindrom Tourette Foto: Ibnu Hariyanto-detikcom