"Check status vaksinasi difteri/DPT anak anda," tulis Prof Hardiono Pusponegoro, SpA(K) yang mengunggah foto tersebut pada Selasa (5/9/2017).
Foto tersebut menampakkan selaput tenggorokan seorang pasien anak di sebuah RS di Jakarta, yang terinfeksi difteri. Dalam kasus tersebut, ibu dan anak sama-sama terinfeksi. Ibunya selamat, namun anaknya meninggal karena infeksinya telah mencapai jantung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lewat foto tersebut, Prof Hardi mengaku ingin mengingatkan kembali pentingnya vaksin. Difteri saat ini terbilang sudah jarang ditemui, namun sesekali masih muncul dan bahkan memicu wabah di beberapa daerah.
Baca juga: Gencar Kampanye Anti Vaksin, 20 Provinsi Belum Capai Target Vaksinasi
"Kalau divaksin 100 persen tidak terkena difteri. Kalau tidak divaksin atau lupa ulangan dan kena difteri, risiko meninggal besar sekali," pesan Prof Hardi saat dihubungi detikHealth.
Munculnya kasus difteri di beberapa daerah di Indonesia, menurut Prof Hardi berkaitan dengan kurangnya kesadaran untuk memberikan vaksin. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin tidak memiliki kekebalan yang cukup sehingga rentan terinfeksi.
"Beberapa daerah cakupan vaksinnya rendah dan kasus difteri muncul kembali," tandasnya.
Baca juga: Dokter: Gerakan Anti Vaksin Bisa Ancam Kesehatan Nasional
(up/up)











































