Studi: Sepertiga 'Surat Sakit' dari Karyawan Karena Alasan Mental

Studi: Sepertiga 'Surat Sakit' dari Karyawan Karena Alasan Mental

Muhamad Reza Sulaiman - detikHealth
Rabu, 06 Sep 2017 13:35 WIB
Studi: Sepertiga Surat Sakit dari Karyawan Karena Alasan Mental
Studi terbaru dari Inggris menyebut karyawan mengajukan surat sakit tidak hanya karena masalah fisik, namun juga masalah kesehatan mental. Simak selengkapnya: Foto: thinkstock
Jakarta - Tidak semua karyawan mengajukan surat sakit karena masalah kesehatan fisik. Studi terbaru dari Inggris menyebut karyawan bahkan lebih sering mengajukan surat sakit karena masalah kesehatan mental daripada nyeri otot.

Studi yang dilakukan National Health Services dari Inggris mengatakan terjadi kenaikan persentase surat sakit akibat stres dan gangguan cemas. Tercatat ada kenaikan 14 persen karyawan yang tidak masuk kerja karena masalah kesehatan mental dari tahun 2015 ke 2017.

Baca juga: Izin Cuti dengan Alasan 'Sakit Mental', Karyawan Ini Dapat Apresiasi dari CEO

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari BBC, penelitian dilakukan kepada 12 juta surat sakit dari berbagai kantor di Inggris. Penelitian ini dilakukan selama 2 tahun, dan merupakan penelitian pertama yang membahas alasan karyawan tidak masuk kerja karena sakit secara detail.

Hasil penelitian menyebut sekitar 33 persen atau sepertiga alasan karyawan tidak masuk kerja karena sakit adalah karena alasan mental. Hal ini sangat jauh dibandingkan dengan penyakit muskoskeletal dan gangguan pernapasan yang persentasenya berkisar di 10 dan 3 persen.

Karyawan yang mengajukan surat sakit karena alasan mental juga diketahui absen lebih lama, sekitar 12 minggu. Gangguan kecemasan, depresi dan stres merupakan 3 masalah mental utama yang menjadi alasan karyawan tidak masuk kerja karena sakit.

Dr Jed Boardman dari Royal College Psychiatrists mengatakan tingginya angka karyawan yang tidak masuk kerja karena masalah mental ini cukup mengkhawatirkan. Di satu sisi, mereka mendapat istirahat yang dibutuhkan dan menjalani pengobatan.

"Di sisi lain, tidak semua masalah mereka selesai ketika kembali bekerja. Kantor harus sudah mulai mengakomodasi ini, termasuk mengurangi ataupun menyesuaikan target yang dimiliki karyawan," tuturnya.

Baca juga: Kurangi Stres Karyawan, Kantor di Jepang 'Pekerjakan' Kucing

(mrs/mrs)

Berita Terkait