Dijelaskan oleh dokter penyakit dalam Dr. dr. Rino Alvani Gani, penularan virus hepatitis B dan C tidak semudah dan secepat yang dibayangkan.
"Itu stigma kayaknya. Ada yang bilang penularan hepatitis yang kronis ini lebih cepat dari HIV-AIDS, penularannya memang hanya melalui darah. Tapi, bukan berarti sembarangan orang bisa tertular," katanya dalam diskusi media Ngobras, di bilangan Cikini, Jakarta, Jumat (29/9/2017).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Orang yang memiliki virus hepatitis B atau C belum tentu alami kerusakan hati. Beberapa kasus virus itu dorman dan hanya aktif kalau dibangkitkan dengan kebiasaan tidak sehat yang merusak hati," katanya.
Baca juga: Tanggapan BPOM atas Aksi Obat Murah Bagi Pasien Hepatitis
Jikalau ada orang terdekat yang positif Hepatitis B dan C dan memerlukan pengobatan, sekarang telah tersedia obat-obatan yang bisa mencegah perburukan penyakitnya.
"Memang seperti hepatitis B belum ada obatnya. Pada kebayakan pasien harus minum obat jangka panjang, bahkan seumur hidup. Tapi itu bukan masalah, yang penting kontrol terus agar hatinya tidak mengalami kerusakan. Hepatitis C lebih top lagi pengobatannya, karena bisa 98 persen samlai 100 persen disembuhkan. Jadi apa yang musti ditakutkan? Yang jadi masalah banyak yang enggak ketahuan, sehingga enggak diobatin, jadi lebih buruk," jelasnya.
Risiko tertular virus Hepatitis B dan C tinggi pada anak yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi virus tersebut, petugas kesehatan yang sering bersinggungan dengan darah, mereka yang pernah menggunakan narkotika suntik, orang dengan anggota keluarga yang mengidap hepatitis sirosis atau kanker hati, mereka yang transfusi darah sebelum 1950 di mana skrining hepatitis belum bagus, mereka yang mendapat transfusi darah secara rutin, termasuk mereka yang sedang menjalani cuci darah atau hemodialisis.
Baca juga: Aktor Bollywood Amitabh Bachchan Ditunjuk Jadi Duta Hepatitis
(up/up)











































