Penelitian mereka membuktikan bahwa tubuh makhluk hidup memiliki gen yang berfungsi untuk mengatur ritme biologis tubuh. Gen yang disebut sebagai PER inilah yang disebut ritme sirkadian, di mana jumlahnya akan tinggi di malam hari dan rendah di malam hari.
Baca juga: Ungkap Rahasia Kesehatan Sel, Profesor Jepang Ini Raih Nobel Kedokteran 2016
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Thomas Perlmann dari Karolinska Institute Nobel Committee mengatakan riset dan temuan Hall, Rosbash dan Young merupakan fondasi bagi riset lanjutan soal biologis tubuh makhluk hidup. Karena itu mereka berhak memenangkan hadiah Nobel Kesehatan 2017 dan membawa pulang uang 1,1 juta dolar (sekitar Rp14,9 miliar).
"Pemenang hadiah Nobel tahun ini memecahkan masalah fundamental soal bagaimana jam tubuh kita bekerja selama siang dan malam, sehingga bisa mengoptimasi perilaku dan fisiologis manusia," tutur Thomas, dikutip dari Reuters.
Jeffrey Hall, Michael Rosbash dan Michael Young meneliti ritme sirkadian. Foto: Twitter/NobelPrize |
Christer Hoog, salah satu anggota komite Nobel, mengatakan fungsi ritme sirkadian bagi tubuh sangat besar, mulai dari mengatur rasa lapar, metabolisme, kesuburan hingga kewaspadaan seseorang. Penelitian soal hal-hal ini tidak mungkin dilakukan jika Hall, Young dan Rosbash tidak menemukan gen yang berfungsi mengatur jam tubuh.
"Kita semakin paham bagaimana cara kerja tubuh kita, dan apa yang terjadi jika kita tidak mematuhi jam alami tubuh. Penelitian inilah yang memungkinkan kita untuk mengetahui dampak kesehatan dari pengaruh jam tubuh," tuturnya.
Baca juga: Ilmuwan Peraih Nobel Gunakan Bakteri Tukak Lambung untuk Menangkal Penyakit
(mrs/up)












































Jeffrey Hall, Michael Rosbash dan Michael Young meneliti ritme sirkadian. Foto: Twitter/NobelPrize