Setelah terkapar di lapangan, Huda mendapatkan penangan medis, namun nyawanya tidak tertolong. Proses penanganan yang dilakukan tim medis mengundang berbagai komentar warganet, salah satunya saat pengangkatan pemain ke tandu dirasa tidak sesuai dengan Standard Operational Procedure (SOP) yang benar.
Seperti komentar ahli masalah muskuloskeletal dan cedera olahraga, Sigit Pramudya dalam akun Twitter-nya @sigitpramudya1.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Pertolongan Pertama Choirul Huda Jadi Perbincangan Warganet
Cuitan Sigit Pramudya di Twitter tentang penanganan pada Choirul Huda. Foto: Twitter/sigitpramudya1 |
Senada dengan komentar Sigit, fisioterapis dari ARA Physiotherapy, Tangerang, Abdurrasyid SSt, M. Fis, FMSC juga menyampaikan pendapat serupa.
"Penanganannya masih terburu-buru dan belum sesuai dengan standar," ujarnya kepada detikHealth, Senin (16/10/2017).
Menurutnya, saat mengangkat pemain yang cedera harus sangat hati-hati. Tim medis harus menyediakan kurang lebih 6 orang untuk mengangkat pemain tersebut.
"Pertama harus dibutuhkan tim. Satu pegang kepala dan leher, satu pegang bahu, satu lagi punggung, satu pinggang, kemudian lutut, dan kaki. Semuanya satu orang-satu orang," jelas Abdurrasyid.
Upaya tersebut untuk menjaga kondisi tubuh pasien tetap dalam keadaan lurus dan mengurangi risiko terjadinya patah tulang dan memperburuk keadaan pemain.
Choirul Huda saat ditandu keluar lapangan. Foto: dok: Media Officer Semen Padang |
Baca juga: Cara Tepat Tangani Cedera, Pelajaran dari Meninggalnya Choirul Huda
(wdw/up)












































Cuitan Sigit Pramudya di Twitter tentang penanganan pada Choirul Huda. Foto: Twitter/sigitpramudya1
Choirul Huda saat ditandu keluar lapangan. Foto: dok: Media Officer Semen Padang