dr Andri, SpKJ, dari Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera mengatakan dahulu ia mendapati lebih banyak pasien dari kalangan dewasa usia 35 tahun ke atas. Namun beberapa tahun belakangan, justru generasi milenial yang lebih banyak menjadi pasiennya.
"Tahun 2008 sampai 2010 itu pasien yang datang sudah level manajerial. Masalahnya kebanyakan depresi karena soal pekerjaan, stres bekerja, masalah rumah tangga," ungkap dr Andri kepada detikHealth.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Namun 3 tahun belakangan saya perhatikan, pasien lebih muda, dari generasi milenial usia 17 sampai 25 tahun, dengan masalah depresi, sama seperti yang dulu," tambahnya lagi.
Hal ini menarik perhatian dr Andri, sebab jika dilihat lebih dalam, permasalahan dan penyebab depresi yang dialami generasi milenial lebih kompleks daripada generasi sebelumnya. Pada generasi sebelumnya, depresi karena pekerjaan lebih dikarenakan masalah dengan atasan atau rekan kerja.
Sementara pada generasi milenial saat ini, penyebab utama depresi adalah stres karena beban kerja yang lebih banyak, jam kerja terlalu panjang dan bagaimana mereka menjalin hubungan interpersonal dengan teman sekelompoknya. Generasi milenial rentan stres karena tuntutan untuk sukses secara instan akibat perkembangan zaman.
"Dulu kerjaan kan biasa saja, tingkat kerjanya berbeda. Sekarang mereka kerja jadi blogger, IT, web developer, dan lain-lain. Ada juga yang ingin jadi selebgram karena cantik, ingin dapat uang dari endorse, tapi akhirnya timbul masalah-masalah kejiwaan akibat penggunaan media sosial itu sendiri," tuturnya.
Baca juga: TTM yang Seperti Ini Bisa Cegah HIV-AIDS pada Remaja
(mrs/fds)











































