Jakarta -
Orang biasa menyebut 'lapar galak' atau oleh orang Inggris disebut 'hangry', ketika lapar menyerang kebanyakan orang akan lebih emosional terhadap hal-hal yang tidak membuatnya senang.
"Menjadi agresif pada masa kelaparan adalah mekanisme bertahan hidup," ujar seorang profesor dari University of Sydney, dr Amanda Salis, dikutip dari Hufington Post.
Menurut suatu penelitian, memang terdapat kaitan antara lapar dan marah. Hal tersebut terjadi bisa dikarenakan dua sebab yaitu ketidakseimbangan gula darah dan pengaruh hormon otak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah, apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh ketika merasa 'hangry'?
1. Kadar gula darah menurun
Foto: ilustrasi/thinkstock
|
Seperti yang disebut di atas bahwa hangry disebabkan oleh ketidakseimbangan kadar gula darah. Ini terjadi karena tubuh tidak mendapatkan asupan glukosa yang berasal dari makanan yang mengandung karbohirdrat. Itu merupakan bahan bakar utama bagi tubuh dan otak.
Kadar gula darah yang rendah bisa mengancam jiwa karena otak tidak memiliki bahan bakar yang bisa digunakan. Tanpa glukosa yang cukup, otak akan sulit berkonsentrasi sebagaimana mestinya. Ini lah yang membuat emosi meningkat.
2. Tubuh melepaskan dua hormon
Foto: thinkstock
|
Saat merasakan 'hangry', tubuh akan mulai melepaskan hormon sebagai respons. Ada dua hormon yang dilepas, yaitu glukagon dan hormon pertumbuhan.
Glukosa disimpan dalam tubuh dalam bentuk glikogen yang ditemukan terutama pada otot dan hati. Glukagon dan hormon pertumbuhan memberitahu tubuh untuk mulai melepaskan glikogen agar kadar gula darah naik kembali dan mencegah otak menjadi tanpa makanan.
3. Hormon stres melonjak
Foto: Getty Images
|
Karena glukosa yang tersimpan di tubuh terbatas, otak juga mengirimkan sinyal darurat untuk menyuruh tubuh melepaskan hormon stres dari kelenjar adrenal. Kedua hormon ini adalah epinefrin dan kortisol.
Hormon ini menyebabkan rasa cemas dan gelisah karena tubuh tidak mendapatkan asupan makanan.
Seperti yang disebut di atas bahwa hangry disebabkan oleh ketidakseimbangan kadar gula darah. Ini terjadi karena tubuh tidak mendapatkan asupan glukosa yang berasal dari makanan yang mengandung karbohirdrat. Itu merupakan bahan bakar utama bagi tubuh dan otak.
Kadar gula darah yang rendah bisa mengancam jiwa karena otak tidak memiliki bahan bakar yang bisa digunakan. Tanpa glukosa yang cukup, otak akan sulit berkonsentrasi sebagaimana mestinya. Ini lah yang membuat emosi meningkat.
Saat merasakan 'hangry', tubuh akan mulai melepaskan hormon sebagai respons. Ada dua hormon yang dilepas, yaitu glukagon dan hormon pertumbuhan.
Glukosa disimpan dalam tubuh dalam bentuk glikogen yang ditemukan terutama pada otot dan hati. Glukagon dan hormon pertumbuhan memberitahu tubuh untuk mulai melepaskan glikogen agar kadar gula darah naik kembali dan mencegah otak menjadi tanpa makanan.
Karena glukosa yang tersimpan di tubuh terbatas, otak juga mengirimkan sinyal darurat untuk menyuruh tubuh melepaskan hormon stres dari kelenjar adrenal. Kedua hormon ini adalah epinefrin dan kortisol.
Hormon ini menyebabkan rasa cemas dan gelisah karena tubuh tidak mendapatkan asupan makanan.
(wdw/up)