Tak pelak, kabar tersebut membuat banyak orang cemas untuk membeli terompet. Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr. Elizabeth Jane Soepardi MPH berpesan agar masalah tersebut agar sampai merugikan pihak manapun.
"Tukang terompet sambil berjualan bisa ikut mensosialisasikan imunisasi dan ikut suntik vaksin difteri," kata dr Jane kepada detikHealth saat ditanya saran untuk tukang terompet dalam pencegahan difteri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Soal Difteri, Kemenkes: Jangan Salahkan Terompet, yang Penting Imunisasi
Foto: viral |
Animo masyarakat sebenarnya sudah tinggi untuk melakukan suntik vaksin difteri. Seperti yang dikatakan oleh dr. Jane, pemerintah kewalahan dalam menyuntik vaksin tersebut di suatu daerah. Hingga orang dewasa mencapai 900 orang untuk antre melakukan suntik vaksin difteri. Bukan hanya untuk anaknya saja, tapi orangtua mereka malahan ikutan.
Bagi yang sudah terinfeksi difteri, disarankan diisolasi selama satu bulan. Disarankan agar pihak keluarga tak menjenguknya dahulu, apalagi bermain terompet, karena bisa menjadi pembawa penyakit untuk orang yang lain dengan cara penularannya yang mudah.
Begitupun dengan yang belum terinfeksi difteri hendaknya menjaga diri dan diimbau untuk yang belum melakukan imunisasi segera melakukan imunisasi.
Baca juga: Dokter: KLB Difteri Seperti Bom yang Meledak
(up/up)












































Foto: viral