Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terjadi peningkatan kejadian kanker di dunia 300 persen pada tahun 2030. Mayoritas terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Ahli onkologi dr Walta Gautama menjelaskan, kendala terbesar di Indonesia dalam menangani kanker adalah tidak adanya riset dan kurangnya dokter spesialis bedah onkolog.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penduduk banyak bukan alasan. Cina (Tiongkok) dan India saja bisa. Seharusnya Indonesia juga bisa," lanjutnya.
Baca juga: Dua Tahun Farah Hidup dengan Benjolan, Tak Disangka Kanker Tiroid Ganas
Masih terbatasnya tenaga medis yang menguasai bidang tersebut, menurut dr Walta juga menghambat pelayanan bagi pasien kanker. Penanganan sejak dini jadi lebih sulit dilakukan dengan kondisi demikian.
"Kurang sekali dokternya, belum ada 200 dokter bedah onkolog di Indonesia. Saya kerja di RS Mitra Kelapa Gading, di sana 40-an orang per hari. Sedihnya dari 20 tahun lalu tidak pernah bergeser dari 60-70 persen dengan status stadium lanjut," terang dr Walta.
Sementara itu, psikolog Nyi Mas Diane Wulan menyebut bahwa pasien kanker di Indonesia masih kurang dukungan, motivasi, serta bantuan moril untuk menjadi leih optimistis. Akibatnya, banyak pasien merasa putus asa begitu mendapat diagnosis mengidap kanker.
"Banyak yang sakit terus malah update status di media sosial, bukannya berdoa dan berjuang untuk kesembuhan," tambahnya.
Baca juga: 10 Gejala Kanker yang Tak Boleh Diabaikan
(up/up)











































