Pekerjaannya yang tak kenal waktu terutama saat bencana datang menuntut Sutopo untuk tetap siap sedia kapanpun dibutuhkan. Tugas utamanya yaitu memberikan informasi sedetail dan sevalid mungkin mengenai bencana yang terjadi kepada masyarakat Indonesia. Saat ditemui detikHealth baru-baru ini, ia sedang menyampaikan perkembangan informasi tentang penanganan bencana longsor di Brebes, Jawa Tengah.
"Saya menyukai pekerjaan saya, seringkali saya tidak mengenal lelah. Apalagi teman-teman media kan tergantung dengan saya," akunya saat ditemui di Ruang Pusdalops Lantai 11 Graha BNPB, Jl. Pramuka Kav 38, Jakarta Timur, Jumat (23/2/2018).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sempat ingin mundur karena kanker ini, tapi Sutopo sadar masih ada banyak orang yang membutuhkan jasa-jasanya. Ujung tombak informasi mengenai bencana yang bisa diterima masyarakat ada pada genggamannya.
"Sakit, sehat, hidup, mati itu adalah bagian dari kehidupan. Semua sudah diatur, saya nikmati saja, yang penting saya ikhtiar," katanya dengan tegar.
Berdedikasi tinggi, mungkin itu yang bisa disematkan untuknya hingga kini. Bayangkan saja, Sutopo masih bisa bekerja di atas meja operasi untuk memberikan informasi mengenai bencana longsor di wilayah Brebes.
"Kemudian saya coba, waktu longsor di Brebes masih sakit di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto), kondisi mau operasi sambil menunggu dokter datang saya buat berita. Saya kirim release yang saya kirim ke teman-teman. Se-update-nya saja," cerita Sutopo diselingi senda gurau.
Baca juga: Penting! 9 Gejala Kanker Paru yang Harus Diwaspadai
Berbagai pengobatan telah ia jalani sejak pertama kali divonis kanker paru pada 19 Januari 2018, dan sel kanker sudah menyebar ke tulang dan kelenjang getah bening. Mulai dari radiasi (sinar), operasi, Taci (Trans Arterial Chemo Infusion), hingga meminum obat-obatan herbal. Meski sangat menyakitkan, ia tetap lakukan demi kesembuhannya.
"Sempat saya di Siloam disinar, harusnya 10 kali sinar. Sekali datang 2 titik, satu di paru satu lagi di tulang. Saya baru 4 sudah nggak sanggup, mual muntah sekali. Turun 7 kilogram karena makan pasti muntah. Di RSPAD itu ada metode namanya TACI, dia akan melakukan kemoterapi hanya disumbernya. Kalau biasanya kemo kan di seluruh tubuh, itu sel baik atau sakit dihajar semuanya. Dengan metode Taci ini dimasukan selang dicari kankernya, begitu ketemu disemprot sel kankernya dengan obat. Kemarin di sini (paru) ada yang gede, itu sakitnya minta ampun. Tekanan darahnya hampir turun, hampir saja drop," tutur Sutopo.
Sutopo mengaku tak mengenali adanya gejala dari kanker paru ini karena ia kerap tak menghiraukan rasa sakit yang sudah dialaminya empat tahun belakangan. Apalagi ia tak termasuk ke dalam kelompok orang yang berisiko tinggi untuk terkena penyakit kanker.
"Saya nggak ngerokok, saya juga dari keturunan tidak ada kanker, hidup sehat, di rumah tidak ada yang ngerokok. Tiba-tiba saya batuk, memang kalau batuk sembuhnya agak lama, saya pikir biasa lah minum obat-obat pasar nanti sembuh," ujarnya.
"Sebenarnya sakit tuh sudah bertahun-tahun, sini (dada bagian belakang) sakit mungkin sudah 4 tahun. Tapi saya nggak rasain, paling kerokan. Batuk-batuk, kalau saya batuk tuh sembuhya lama, ya tapi biasanya minum obat warung. Medical check up biasa nggak akan ketahuan. Sempat mudah lelah, tiba-tiba badan drop mudah lelah. Rasanya lelah banget, kenapa padahal biasa saja. Oh itu tanda-tandanya," imbuh Sutopo.
Baca juga: Cerita Dian Didiagnosis Kanker Payudara di Usia 26 Tahun
Sutopo ketika melayani pertanyaan wartawan. Foto: Kepala Informasi dan Humas Sutopo Purwo Nugroho (Seysha-detikcom) |
Lagi-lagi, ia menerimanya dengan ikhlas. Begitu banyak dukungan yang datang mengalir untuknya, terutama keluarga. Anak-anak dan istrinya lah yang menjadi salah satu alasan mengapa Sutopo hingga kini masih bersemangat untuk bekerja.
"Bagaimanapun anak-anak masih kecil, mereka masih berharap saya masih sehat. Anak saya yang pertama kuliah di Undip semester 2 Fakultas Hukum, yang kecil kelas 6 SD, beda 7 tahun. Itu yang membuat saya kuat, ya ingat anak dan istri," ungkapnya.
Sakit bukan membuat Sutopo jatuh, tapi justru dijadikannya suatu teguran dari Sang Pencipta agar ia senantiasa mendekat pada-Nya. "Ah sudahlah, intinya saya menerima itu dengan ikhlas," tutupnya.
Tetap berjuang untuk memberikan informasi kepada masyarakat Indonesia. Masyarakat pun ikut serta dalam mendoakan kesembuhan Sutopo Purwo Nugroho.
Baca juga: Semangat Humas BNPB Sutopo Bekerja dari Atas Meja Operasi
Foto: Sutopo di atas meja operasi (dok. pribadi) |












































Sutopo ketika melayani pertanyaan wartawan. Foto: Kepala Informasi dan Humas Sutopo Purwo Nugroho (Seysha-detikcom)
Foto: Sutopo di atas meja operasi (dok. pribadi)