Yulinda pertama kali terinfeksi TB saat SMA di tahun 2005. Tak menyelesaikan pengobatan, ia terinfeksi kembali di tahun yang sama. Hal ini berulang sampai beberapa kali.
"2005 pertama kena, karena merasa sehat pengobatan nggak tuntas. Eh ternyata beberapa bulan kemudian kambuh lagi. Berobat lagi mengulang. 2007 Kena lagi langsung ke fungsi hati, sampai dirawat di RS. Setahun mengulang pengobatan, eh 2010 kambuh lagi," tutur Yulinda, saat ditemui di kantor Yayasan PETA (Pejuang Tangguh), Jl Rawamangun Muka II, Jakarta Timur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengobatan pun kembali dilakukannya, namun tak kunjung memberikan hasil memuaskan. Di tahun 2011, ia akhirnya didiagnosis mengalami MDR-TB, dan dirujuk untuk melanjutkan pengobatan di RS Paru Persahabatan, Jakarta Timur.
Bukan tanpa hambatan bagi Yulinda yang warga asli Bogor untuk berobat bolak-balik. Demi kelancaran pengobatan, ia pun memutuskan untuk nge-kost di daerah sekitaran Rawamangun.
Namun kejadian memilukan terjadi beberapa bulan usai nge-kost. Pemilik tempat kost begitu mengetahui Yulinda adalah seorang pengidap TB, langsung memintanya angkat kaki dari tempat kostnya.
"Jadi saya butuh surat keterangan tinggal di Jakarta, karena KTP saya Bogor. Begitu akhirnya memberitahu pemilik kost, dia tidak terima karena saya sakit TB, dan akhirnya menyuruh saya pindah," ungkap wanita 31 tahun dengan mata berkaca-kaca.
Foto: Muhammad Reza Sulaiman |
Meski diusir, Yulinda tidak marah dan sedih. Ia paham bahwa stigma terjadi karena kurangnya edukasi soal penyakit TB di masyarakat. Padahal justru dengan pengobatan, ia bisa terbebas dari penyakit.
"Di rumah juga, ada kerabat yang bilang saya umurnya nggak akan lama ketika didiagnosis TB. Tapi saya buktikan sampai sekarang saya masih hidup, bahkan sudah sembuh, dan akhirnya bermanfaat untuk orang lain," paparnya.
Positif dinyatakan sembuh pada tahun 2013, Yulinda dan beberapa teman-temannya semasa berobat MDR-TB mendirikan Yayasan Pejuang Tangguh TB Resisten Obat (Yayasan PETA). Tujuannya adalah menjadi pendamping bagi pasien TB yang sedang berobat.
"Kalau berobat kan sembuh, kalau sembuh tidak menularkan ke orang lain. Seperti saya, dulu sakit tapi kini sembuh dan akhirnya bisa bermanfaat untuk orang banyak terutama pasien TB MDR lainnya," pungkasnya.












































Foto: Muhammad Reza Sulaiman