dr Adam Friedman, pakar dermatologi dari George Washington University mengatakan stres melepaskan hormon kortikotropin (CRH). Nah, hormon inilah yang bertanggung jawab terhadap produksi minyak wajah yang berlebih.
Tak hanya menambah produksi minyak di wajah, stres juga membuat tubuh mengirimkan sinyal ke area kulit. Sinyal-sinyal ini membuat kulit lebih mudah terasa gatal dan digaruk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Stres yang berulang dikatakan Friedman bisa membuat kemampuan kulit menahan air berkurang. Akibatnya, kulit menjadi lebih mudah kering dan luka.
Sebelumnya, dr Suksmagita Pratidina, SpKK, menyebut penyebab jerawat bermacam-macam. Selain stres, jerawat juga bisa terjadi karena kebiasaan merokok, pemakaian kosmetik dan kurang nutrisi.
Penyebab utama jerawat dikatakan dr Gita yaitu peningkatan produksi sebum atau kelenjar minyak, yang kemudian jika terkena bakteri atau ada hiperkeratinisasi (penebalan lapisan kulit), maka akan mudah memicu radang dan jerawat.
Keratinisasi kulit dan penyumbatan folikel dapat mempercepat terbentuknya jerawat, sementara bakteri normal pada kulit yang dikenal sebagai P.acnes, menghasilkan substansi yang mengiritasi sehingga dapat menyebabkan peradangan pada kulit.
"Akumulasi dari faktor-faktor itu memang akan menjadi inflamasi atau peradangan, yang kemudian menjadi jerawat," imbuhnya.











































