Terkait hal tersebut peneliti di Liverpool School of Tropical Medicine dilaporkan sedang mengembangkan obat penawar segala racun ular. Caranya dengan mendesain obat penawar berdasarkan gejala yang ditimbulkan.
"Tradisionalnya ketika berusaha membuat obat penawar racun untuk banyak jenis gigitan ular kami biasa menggunakan pendekatan geografis. Namun kami melihat bukti bahwa tampaknya lebih bermanfaat untuk dokter menangani pasien berdasarkan gejala tanpa mengetahui jenis ular yang terlibat," ujar pemimpin studi Dr Stuart Ainsworth seperti dikutip dari Daily Mail, Rabu (25/4/2018).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari sana penawar racun dikembangkan menggunakan spesies ular yang memiliki sifat terkait. Studi pada tikus melihat bahwa penawar racun satu spesies ular dapat dipakai untuk gigitan spesies lainnya yang memiliki sifat serupa.
Menurut peneliti bila obat penawar racun universal ini berhasil maka biaya untuk pengadaan terapi gigitan ular dapat ditekan hingga berpotensi menyelamatkan banyak nyawa. Badan Kesehatan Dunia (WHO) sendiri menempatkan gigitan ular sebagai penyakit tropis yang terabaikan.











































