"Iya, campur muslim ada yang nggak muslim. (yang muslim) mereka ikut puasa. Tapi tergantung tingkatannya, ada yang bisa nahan laper ada yang nggak. Tapi ada sih yang udah berpuasa penuh," tutur Andes, salah satu wali kelas di yayasan tersebut.
Mereka yang mengidap autisme cenderung sangat sulit dalam mengontrol diri, sedangkan berpuasa justru berfokus dalam hal tersebut. Andes menyebutkan ia tentu akan menyesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Andes dari Yayasan Daya Pelita Kasih |
Karena waktu sahur dan berbuka dilakukan di rumah, maka penting bagi kerjasama orang tua dan guru dalam kelancaran berpuasa mereka. Sehingga tentu tak masalah bila mereka hanya berpuasa setengah hari atau bahkan menunjukkan kesulitan dalam mengontrol diri.
"Karena dia nggak bisa ngomong jadi dia akan lebih ke perilaku ya. Misal ada yang nangis, karena laper atau marah-marah. Soalnya kan mereka nggak bisa mengungkapkan, komunikasi dia nggak bisa," jelasnya lagi.
Sejak 2003, Yayasan Daya Pelita Kasih telah menjadi pusat perkembangan bagi anak-anak berkebutuhan khusus, bahkan ada juga training bekerja bagi mereka yang sudah dewasa dan sanggup berinteraksi dengan orang lain. Murid-muridnya bahkan ada yang dari luar negeri, dan memiliki program-program khusus, salah satunya adalah program pengajaran piano bagi guru musik yang dilakukan oleh pianis andal Ananda Sukarlan.
(frp/up)












































Andes dari Yayasan Daya Pelita Kasih