Peneliti neurologi pada Mayo Clinic, James Dyck, menyebutkan bahwa orang salah paham mengira tangan mati rasa dan tidak bisa bergerak karena terhentinya aliran darah. Padahal hal tersebut terjadi karena tekanan pada saraf.
Ada beberapa saraf di lengan kita yang memiliki fungsi vitalnya masing-masing. Mati rasa dan kesemutan jadi efek dari penekanan pada saraf-saraf tersebut saat tidur, biasanya karena kita menumpu kepala dengan tangan atau merangkul pasangan saat tidur.
Ini mengakibatkan informasi yang mengalir dari kaki dan tanganmu kembali ke otak terganggu sementara. Sementara, ketika tidak bisa digerakkan Dyck menyebutnya mirip-mirip dengan kasus sleep paralysis atau ketindihan.
"Mungkin karena kamu stuck pada posisi tertekan saat fase rapid eye movement (REM). Saraf yang tertekan bisa rusak. Bagusnya adalah tubuh akan secara alamiah bangun sebagai mekanisme pelindung ketika sebuah saraf tertekan terlalu lama," kata Dyck, dikutip dari Vox.
Setelah bangun, biasanya baru terasa kesemutan, dan Dyck menyebutnya itu hal bagus karena merupakan fase sementara bahwa saraf perlahan kembali berfungsi.
"Itu cuma gangguan sementara, dan sebenarnya bisa jadi hilang cepat asal kita tidak perlu heboh saat mengalaminya," tandasnya.