Dosen Fakultas Perikanan Universitas Gadjah Mada (UGM) Triyanto membantah tuduhan tersebut. Menurutnya, lele di Indonesia sudah dikembangkan dengan teknik dan pakan yang baik.
"Dulu lele memang identik dengan jorok karena kolam dan pakannya bersumber dari WC manusia, tapi sekarang sudah ada teknik budidaya yang lebih baik," katanya kepada detikHealth, baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai pakan utama, pelet diberikan 3 hingga 6 persen dari bobot ikan lele. Bila bobot lele 60 gram maka pakan yang diberikan adalah 3,6 gram per ekor. Pakan berkurang sekitar 3 persen dari bobot lele sekitar dua minggu menjelang panen. Pakan hanya diberikan dua kali sehari dengan dosis 80 persen dari daya kenyang lele.
Kolam lele bukan lagi sebidang tanah yang asal digali dan diberi air. Kolam terbuat dari beton konkret yang diberi terpal dan dilengkapi pelindung. Mutu air kolam berisiko turun jika terpapar hujan dan sinar matahari langsung.
Kolam juga dilengkapi aerator yang memastikan kecukupan oksigen bagi lele dalam kolam. Lele mungkin tidak langsung mati jika mutu air atau pangan buruk, namun kualitas saat panen berisiko tidak optimal.
Triyanto berharap masyarakat tak perlu takut atau ragu makan lele. Ikan lele memiliki banyak kandungan protein, vitamin, dan mineral yang baik bagi kesehatan tubuh. Tentunya lele harus diolah dengan cara yang baik, misal tidak terlalu banyak minyak, garam, dan gula, atau dibakar terlalu kering.
Tonton juga 'Sajian Mangut Lele Berbeda di Warung Mbah Marto':
(up/up)











































