Pencegahan bisa dilakukan dengan mengenali tanda-tandanya. Yang sayangnya, dr Nova Riyanti Yusuf, SpKJ dari Perhimpunan Dokter Spesialis Jiwa Indonesia (PDSKJI) Jakarta mengatakan banyak yang tidak mengamati atau 'ngeh' jika seseorang sebenarnya memberikan warning signs atau peringatan tersebut.
"Jadi kadang dia udah mengatakan 'oke, saya udah bosen hidup nih' 'sudah tidak semangat nih' dan lain sebagainya. tapi kita selalu sibuk menempatkan nilai diri kita dalam posisi dia harus seperti kita. Dia punya masalah, dan kita menganggap bahwa 'gue bisa kok melampaui itu, lo harus bisa dong' 'kok masalah gitu aja big deal banget?'. Jadi kita sering sibuk bukan berempati atau menempatkan diri kita pada posisi dia tapi kita memaksakan dia bahwa you're supposed to be okay," terangnya, saat acara konser amal Vintage Choir bertajuk 'Let's Do Something, Stop Suicide' di Tangerang Selatan, Minggu (16/9/2018).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Cerita Mereka yang Pernah Hampir Bunuh Diri |
Membicarakan keinginan bunuh diri
|
Foto: thinkstock
|
Adalah salah satu tanda yang paling mudah, bisa jadi diucapkan secara eksplisit atau implisit. Tidak hanya mengenai kematian, pembicaraan yang terkait dengan melukai diri sendiri atau ungkapan ketidakberdayaan juga bisa jadi salah satu tanda.
Kata-kata seperti 'Saya ingin bunuh diri', 'Saya ingin mati saja','Saya berharap tidak dilahirkan', 'Saya ingin pergi jauh', dan lain sebagainya. Termasuk jika dituliskan di media sosial sekalipun, jangan diremehkan, namun kontak secara personal untuk bertanya dan tawarkan bantuan apa yang bisa dilakukan.
Mencari cara mematikan untuk bunuh diri
|
Foto: thinkstock
|
Putus asa akan masa depan
|
Foto: thinkstock
|
Membenci dan menghujat diri sendiri
|
Foto: Getty Images
|
Halaman 2 dari 5











































