Namun faktanya, antibiotik kerap dianggap obat paling mujarab bagi semua penyakit. Antibiotik bahkan diberikan saat penyebab penyakit belum diketahui seutuhnya.
"Antibiotik hanya untuk penyakit akibat bakteri, yang pemberiannya didului tes laboratorium," kata Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikrobia (KPRA) Harry Parathon.
Masyarakat wajib kritis bila dokter memberi antibiotik tanpa didului tes lab. Hal ini untuk mencegah masyarakat menjadi kelinci percobaan penyembuhan dengan antibiotik. Trial and error yang meresepkan antibiotik berulang atau lebih dari satu. Harry mengatakan, pemberian ulang sebetulnya dilarang karena berisiko menyebabkan resistensi antimikroba
Dilansir dari sumber, masyarakat sebetulnya bisa membedakan gejala penyakit yang diakibatkan bakteri atau virus. Gejala penyakit akibat bakteri antara lain hidung berlendir, demam, dan terkadang batuk. Gejala lainnya adalah sakit di tenggorokan, telinga, dan sesak napas.
Sementara, gejala infeksi virus antara lain hidung berair, batuk dan kadang diselingi sakit tenggorokan. Gejala lainnya adalah kerap mimisan, demam, dan susah tidur. Gejala infeksi virus biasanya sebentar namun akut, sedangkan bakteri terjadi selama 10 hingga 14 hari terus menerus.











































