Saat ini, warga korban bencana bergantung pada pasokan air yang dibeli dari sekitar lokasi bencana. Air juga diperoleh melalui bantuan kemanusiaan dari lembaga kemanusiaan, swasta, dan pemerintah.
"Hingga saat ini, kita belum bisa membuat sumur galian atau membangun jalur pipa air," kata Vice President Volunteer Network Aksi Cepat Tanggap (ACT) Ibnu Khadjar saat ditemui dalam media briefing menangkal hoax di lokasi bencana di Cilandak, Jakarta Selatan, Senin (2/10/2018).
Keterbatasan listrik dan BBM, menyebabkan pembangunan sumur dan saluran air belum tergarap. Listrik dan BBM adalah kebutuhan vital untuk mengoperasikan alat berat, yang diperlukan untuk pembangun jalur distribusi air. Penyediaan listrik dan BBM yang makin lama, mengakibatkan sumur tak segera tersedia untuk warga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ibnu berharap listrik bisa segera tersedia di Palu dan Donggala. Menurut pengalamannya dalam penanganan bencana Lombok, warga di sana baru memperoleh air setelah 2-3 pekan. Aliran listrik baru kembali normal sekitar 3 hari usai bencana. Dengan kondisi Palu dan Donggala yang belum ada listrik, Ibnu memperkirakan sumur baru tersedia dalam 3-4 pekan berikutnya.
Sama seperti makanan, air adalah kebutuhan vital bagi korban bencana alam. Air bersih untuk MCK menekan risiko penyakit infeksi, yang mengintai warga di pengungsian. Air bersih juga digunakan untuk mengolah makanan bagi pengungsi, misal masak nasi atau mie instan.
Tonton juga 'Pusat Informasi Tsunami Palu Ada di Jakarta, Surabaya dan Makassar':
(up/up)











































