Dikutip dari CNN, Indonesia bisa belajar dari Jepang yang dilanda gempa dan tsunami pada 2011. Gempa berkekuatan 9 SR menghancurkan Tohoku yang mengakibatkan tsunami di Sendai dan Miyako, yang terletak di perfektur Iwate. Sama seperti kondisi Palu dan Donggala sekarang, aliran listrik, bahan bakar, dan logistik menjadi terbatas atau tidak ada sama sekali.
Warga juga sangat berduka karena kehilangan anggota keluarga dan harta bendanya. Panik, frustasi, dan sedih pasti juga dirasakan korban bencana alam di Jepang. Namun bukannya marah atau beringas, warga memilih tetap tenang dan bertindak efektif. Mereka juga saling membantu dan menangkan korban lain yang selamat.
Warga tetap antre mengambil kebutuhan sehari-hari yang disediakan pemerintah melalui pusat perbelanjaan. Sesuai aturan, warga juga hanya boleh mengambil 10 jenis kebutuhan. Korban bencana tak mengeluh meski kehabisan atau harus antri selama beberapa jam.
"Ya sudah mau bagaimana lagi," kata Mitsugu Miyagi dalam sebuah wawancara.
Hal serupa dilakukan warga demi memperoleh beberapa botol air bersih. Masyarakat jelas merasa kecewa pada pemerintah dan lembaga terkait. Namun warga Jepang memilih percaya pada otoritas yang berwenang, dan melakukan yang terbaik bersama komunitasnya. Selain antri, mereka juga berbagai ruang dan selimut di pengungsian.
Kebersihan menjadi hal yang sangt diperhatikan warga selama di pengungsian. Mereka melepas sepatu sebelum masuk ruang pengungsian, untuk menjaga kebersihan selimut. Mereka juga berhati-hati saat makan, untuk mencegah remahan makanan mengundang serangga dan mengotori ruangan. Makanan selalu dibagi rata demi kebahagiaan seluruh korban bencana.
Jeffrey Kingston dari Temple University menyebut kepribadian warga Jepang mengagumkan, namun tidak mengagetkan. Layak ditiru dalam situasi bencana agar tidak terjadi kekacauan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tonton juga 'Analisis BMKG Kenapa Tsunami Palu Lebih Besar Dibanding Daerah Lain':
(up/up)











































