Belajar dari Selena Gomez, Ini 5 Fakta Penting Soal Lupus

Belajar dari Selena Gomez, Ini 5 Fakta Penting Soal Lupus

Rosmha Widiyani - detikHealth
Jumat, 12 Okt 2018 15:49 WIB
Belajar dari Selena Gomez, Ini 5 Fakta Penting Soal Lupus
Selena Gomez. Foto: Getty Images
Jakarta - Selena Gomez telah lama diketahui mengalami penyakit autoimun yang disebut lupus. Gomez tidak menutupi soal penyakit yang mengharuskannya operasi transplantasi ginjal pada 2017.


Gomez yang sempat menyepi untuk memperoleh ketenangan dan mengembalikan kesehatan tubuh, akhirnya harus dilarikan ke rumah sakit akibat depresi. Jumlah sel darah putihnya terus turun yang disebut dengan leukopenia.

Berikut poin-poin tersebut dikutip dari Cleveland Clinic,

Gejala lupus berbeda pada tiap penderita

Foto: ilustrasi/thinkstock
Lupus adalah peniru ulung yang menyebabkannya sulit dideteksi dengan mata telanjang. Gejalanya kerap mirip dengan penyakit lain hingga pasien sadar tidak kunjung sembuh dengan obat biasa.

Beberapa gejala umum yang kerap berujung lupus adalah terus merasa lelah, sakit pada persendian, rambut rontok, kerap menjumpai gumpalan darah, peka terhadap cahaya, rasa sakit saat bernapas, bengkak di daerah sekitar mata, dan luka pada mulut. Namun lupus punya gejala khas yaitu ruam berbentuk kupu-kupu pada pipi dan hidung.

Perlu terapi yang berbeda

Foto: iStock
Sesuai dengan tipe penyakitnya, pasien lupus harus terus minum obat untuk mengendalikan kerja sistem pertahanan tubuh. Tiap pasien memerlukan terapi berbeda bergantung pada bagian tubuh yang terdampak penyakit. Bengkak dan sakit pada persendian diobati dengan asetaminophen atau ibat nonsteroid antiradang, misal ibuprofen atau naproxen.

Radang sendi, lelah, dan ruam diatasi dengan planquenil yang merupakan obat antimalaria. Jenis obat kortikosteroid misal prednison dan immunosppressants digunakan untuk mengatasi masalah ginjal pada pasien lupus. Kontrol dan minum obat teratur memungkinkan pasien mengontrol dampak lupus dan hidup lebih produktif.

Lupus adalah penyakit kambuhan dan berulang

Foto: ilustrasi/thinkstock
Kekambuhan lupus bisa ringan atau parah bergantung intensitas pengobatan, aktivitas, dan gaya hidup pasien. Bentuk kekambuhan lupus berbeda pada tiap pasien, bergantung pada lokasi yang terdampak serangan imun.

Sekitar 75 persen pasien lupus memiliki radang sendi dan ruam kulit. Sekitar 50 persen memiliki masalah ginjal, sedangkan yang lain lebih peka terhadap masalah infeksi. Kontrol dan pengobatan rutin memungkinkan pasien bertahan hingga lima tahun, serta mencegah kekambuhan tidak mengganggu aktivitasnya.

Bisa didiagnosa dengan tes ANA

Foto: Thinkstock
Lupus memang penyakit yang ulung meniru gejala gangguan fungsi tubuh lainnya. Namun penyakit ini bisa dideteksi dengan tes darah sederhana yang disebut antinuclear antibody (ANA). Hasil negatif menandakan pasien tidak terkena gangguan autoimun, sedangkan positif menandakan sebaliknya.

"Pada beberapa kasus, hasil ANA menyatakan positif namun pasien tak menunjukkan gejala lupus. Dalam kondisi ini, saya mencocokkan keadaan pasien dengan 11 kriteria lupus meliputi ruam, radang, gangguan darah, dan kelainan imunologi," kata Direktur Klinik Lupus di CLeveland Clinic Howard Smith.

Lebih banyak ditemukan pada perempuan

Foto: thinkstock
Gangguan autoimun bisa menyerang perempuan dan laki-laki. Namun lupus ditemukan 9 kali lebih banyak pada perempuan dengan kulit berwarna dibanding laki-laki. Genetik juga berperan besar dalam penyebaran penyakit lupus.

Perempuan tanpa sejarah keluarga pasien lupus berpeluang satu dari 400 mengalami penyakit ini. Namun peluang tersebut meningkat menjadi satu dari 25 pada perempuan dengan sejarah keluarga ada yang menderita lupus.
Halaman 2 dari 6
Lupus adalah peniru ulung yang menyebabkannya sulit dideteksi dengan mata telanjang. Gejalanya kerap mirip dengan penyakit lain hingga pasien sadar tidak kunjung sembuh dengan obat biasa.

Beberapa gejala umum yang kerap berujung lupus adalah terus merasa lelah, sakit pada persendian, rambut rontok, kerap menjumpai gumpalan darah, peka terhadap cahaya, rasa sakit saat bernapas, bengkak di daerah sekitar mata, dan luka pada mulut. Namun lupus punya gejala khas yaitu ruam berbentuk kupu-kupu pada pipi dan hidung.

Sesuai dengan tipe penyakitnya, pasien lupus harus terus minum obat untuk mengendalikan kerja sistem pertahanan tubuh. Tiap pasien memerlukan terapi berbeda bergantung pada bagian tubuh yang terdampak penyakit. Bengkak dan sakit pada persendian diobati dengan asetaminophen atau ibat nonsteroid antiradang, misal ibuprofen atau naproxen.

Radang sendi, lelah, dan ruam diatasi dengan planquenil yang merupakan obat antimalaria. Jenis obat kortikosteroid misal prednison dan immunosppressants digunakan untuk mengatasi masalah ginjal pada pasien lupus. Kontrol dan minum obat teratur memungkinkan pasien mengontrol dampak lupus dan hidup lebih produktif.

Kekambuhan lupus bisa ringan atau parah bergantung intensitas pengobatan, aktivitas, dan gaya hidup pasien. Bentuk kekambuhan lupus berbeda pada tiap pasien, bergantung pada lokasi yang terdampak serangan imun.

Sekitar 75 persen pasien lupus memiliki radang sendi dan ruam kulit. Sekitar 50 persen memiliki masalah ginjal, sedangkan yang lain lebih peka terhadap masalah infeksi. Kontrol dan pengobatan rutin memungkinkan pasien bertahan hingga lima tahun, serta mencegah kekambuhan tidak mengganggu aktivitasnya.

Lupus memang penyakit yang ulung meniru gejala gangguan fungsi tubuh lainnya. Namun penyakit ini bisa dideteksi dengan tes darah sederhana yang disebut antinuclear antibody (ANA). Hasil negatif menandakan pasien tidak terkena gangguan autoimun, sedangkan positif menandakan sebaliknya.

"Pada beberapa kasus, hasil ANA menyatakan positif namun pasien tak menunjukkan gejala lupus. Dalam kondisi ini, saya mencocokkan keadaan pasien dengan 11 kriteria lupus meliputi ruam, radang, gangguan darah, dan kelainan imunologi," kata Direktur Klinik Lupus di CLeveland Clinic Howard Smith.

Gangguan autoimun bisa menyerang perempuan dan laki-laki. Namun lupus ditemukan 9 kali lebih banyak pada perempuan dengan kulit berwarna dibanding laki-laki. Genetik juga berperan besar dalam penyebaran penyakit lupus.

Perempuan tanpa sejarah keluarga pasien lupus berpeluang satu dari 400 mengalami penyakit ini. Namun peluang tersebut meningkat menjadi satu dari 25 pada perempuan dengan sejarah keluarga ada yang menderita lupus.

(Rosmha Widiyani/up)

Berita Terkait