Dikutip dari Healthline, MS adalah gangguan progresif yang terkait dengan kerja sistem imun. Sistem yang seharusnya bertugas menjaga tubuh, justru berbalik nenyerang organ yang penting untuk kehidupan sehari-hari.
Gangguan sistem imum ini merusak lapisan pelindung sistem saraf dan menyebabkan penurunan fungsi sel tersebut di otak dan tulang punggung. Akibatnya, koordinasi antara otak dan bagian tubuh lain terganggu.
MS merupakan penyakit dengan intensitas gejala yang tidak bisa diprediksi. Namun ada beberapa gejala yang sering menyertai pasien MS. Gejala tersebut adalah mengalami gangguan buang air kecil, penglihatan, keseimbangan, kognitif, dan disfungsi sel. Pasien juga bisa mengalami disfungsi seksual, kelelahan, mati rasa, geli, kejang, dan sakit.
Penyakit ini lebih berisiko pada mereka yang punya riwayat dalam keluarganya. National MS Society menyatakan bahwa peluang populasi umum pengidap MS hanya 0,1 persen. Namun jumlah ini meningkat 2,5 hingga lima persen jika orangtua atau saudaranya mengidap MS.
Kembar identik pun berisiko 25 persen mengalami MS jika saudaranya mengidap penyakit ini. Sekitar 60-70 persen pengidap MS mengalami pengulangan gejala, sebelum penyakit ini berkembang dengan perlahan dan stabil.
Hingga saat ini, belum ada obat spesifik untuk mengobati penyakit MS. Fisioterapi dan obat yang diberikan hanya bersifat meringankan gejala serta membantu pasien menjaga kualitas hidupnya. Blair sendiri telah menganggap penyakitnya tak bisa sembuh, jauh sebelum dokter menjatuhkan vonis MS. Meski begitu, Blair bertekad tetap memandang hidupnya dengan positif dan melakukan yang terbaik di masa penyembuhan.