"Jumlah 221 ribu untuk haji ditambah umrah 1 juta orang di setiap tahun, memiliki potensi adanya proses penularan penyakit atau penyakit-penyakit yang terbawa dari Saudi ke Indonesia," tutur Kepala Pusat Kesehatan Haji, Kemenkes RI, Eka Jusup Singka, saat dijumpai di sela-sela acara Global Health Security Agenda (GHSA) di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Rabu (7/11/2018).
Eka menambahkan bahwa kegiatan berangkat ke Arab Saudi untuk pelaksanaan umrah tidak sama dengan haji. Ibadah haji waktu dan keberangkatan sudah jelas di hari-hari Arafah, berbeda dengan pelaksanaan umrah yang keberangkatannya bisa setiap hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Potensi penularan penyakit saat ibadah umrah tinggi karena pada saat itu berkumpulnya manusia yang datang dari penjuru dunia. Baik dari Afrika, dan negara lain yang berpotensi membawa penyakit dari negaranya masing-masing.
"Baik haji maupun umrah sebenarnya Indonesia memiliki risiko setiap hari, karena tiap hari ada pulang juga. Umrah itu pulang tiap hari. Karena tiap hari ada pulang dibuat sistem cegah tanggap KKP atau kantor kesehatan pelabuhan yang bisa menjaga Indonesia dari ancaman penyakit menular," pungkasnya.











































