Sebanyak 10,3 persen pria dan 7 persen wanita dari 2.000 lebih peserta terbukti alami 'kecanduan seks' dalam penelitian yang mereka lakukan. Hasilnya dilaporkan bahwa mereka memiliki kadar signifikan akan stres dan disfungsi akibat pikiran atau perilaku seksual mereka sendiri, mirip dengan perilaku yang disebut dengan kecanduan seks.
Sementara 8 persen di antaranya menunjukkan gejala-gejala adanya gangguan perilaku kompulsif seksual. Yakni sebuah pola kegagalan yang terus-menerus dalam mengendalikan dorongan seksual yang intens yang mengarah pada penderitaan dan gangguan sosial.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam penelitian tersebut mereka menyebarkan kuesioner di mana kesulitan dan kerusakan (distress and impairment) yang terkait dengan sulit mengontrol perasaan, dorongan dan perilaku seksual yang diukur menggunakan Compulsive Sexual Behavior Inventory.
Nilai 35 ke atas dalam skala 0-65 mengindikasikan adanya level kesulitan dan kerusakan secara klinis. Dan hasilnya cukup mengejutkan, di mana angka yang didapat sangat tinggi termasuk fakta bahwa 40 persen di antaranya adalah wanita, tulis studi tersebut.
"Para tenaga kesehatan seharusnya jadi waspada akan sejumlah besar orang yang merasa kesulitan atau sengsara akan perilaku seksualnya, hati-hati menilai sifat masalah dalam konteks sosio kulturalnya, dan temukan perawatan yang sesuai baik bagi pria maupun wanita," tulis studi tersebut.
Apakah kecanduan seks termasuk gangguan kesehatan jiwa masih diperdebatkan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan para psikiater belum secara resmi mengakui adanya kecanduan seks, dan memutuskan untuk tidak memasukkanya jadi salah satu diagnosis dalam edisi terbaru Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-V), 'kitab' para dokter jiwa dalam mendiagnosis.











































