Jakarta -
Nasib nahas menimpa keluarga besar Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto. Cucu Wiranto, Achmad Daniyal Alfatih, yang masih berusia satu tahun empat bulan dikabarkan meninggal dunia pada Kamis (15/11) lalu setelah tenggelam di kolam rumahnya sendiri.
"Jadi Achmad itu lagi main di situ. Kebetulan di samping sana ada kolam ikan. Kemudian dia lompat karena sudah aktif gitu, akhirnya dia lompat ke air tanpa ada yang memperhatikan. Akhirnya, pas kembali, pas ada orang rumah lihat, langsung diambil tindakan terus dibawa," ujar sang ayah, Abdi Setiawan, seperti dikutip dari detikNews.
Dikutip dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) kejadian tenggelam sendiri merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada kasus-kasus kematian karena kecelakaan di dunia. Diperkirakan setiap tahunnya ada sekitar 360 ribu orang meninggal karena tenggelam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
WHO menyebut ada beberapa faktor risiko seseorang bisa meninggal tenggelam, berikut penjelasannya:
Usia
Foto: (Thinkstock)
|
Laporan Global kasus tenggelam 2014 menyebut usia sebagai faktor risiko yang besar. Anak-anak usia 1-9 tahun paling berisiko untuk tenggelam dan hal ini biasanya berkaitan dengan minimnya pengawasan.Di beberapa negara tenggelam bahkan jadi penyebab tertinggi kematian anak-anak. "Di regional Pasifik Barat anak umur 5-14 tahun lebih banyak meninggal karena tenggelam dibandingkan karena sebab lainnya," tulis situs resmi WHO.
Jenis kelamin
Foto: Reuters
|
Studi melihat bahwa laki-laki lebih berisiko untuk tenggelam dengan tingkat kematian yang hampir dua kali lebih tinggi dibanding wanita. Laki-laki juga disebut lebih mungkin untuk dirawat di rumah sakit setelah tenggelam dibandingkan perempuan.Mengapa hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih mungkin berada di area dengan akses air atau terlibat dalam perilaku berisiko seperti mabuk sebelum berenang.
Akses ke air
Foto: Ristu Hanafi/detikcom
|
Faktor risiko kejadian tenggelam berikutnya adalah akses ke air. Orang-orang yang bekerja misalnya sebagai nelayan menggunakan perahu kecil untuk memancing ikan tentu akan lebih berisiko mengalami kejadian tenggelam di bandingkan mereka yang bekerja di daratan.Anak-anak yang tinggal di dekat waduk, sungai, laut, atau kolam juga lebih berisiko untuk tenggelam.
Banjir
Foto: Resi Erlangga-detikcom
|
"Biasanya tenggelam bertanggung jawab terhadap sekitar 75 persen kematian saat terjadi banjir," tulis WHO.Dengan meningkatnya tingkat air di dunia kejadian banjir akan menjadi lebih sering dan bersamaan dengan itu juga risiko tenggelam. Risiko tenggelam bisa jadi lebih besar lagi bila orang-orang tinggal di daerah rawan banjir yang minim upaya evakuasi.
Bepergian di atas air
Foto: Ardian Fanani/detikcom
|
Orang yang sehari-harinya bepergian di atas air seperti harus melintasi sungai atau pulau dapat memiliki risiko tenggelam. Ini biasanya berkaitan dengan aspek keamanan transportasi."(Contoh -red) perahu tidak memiliki peralatan lengkap atau dioperasikan oleh petugas yang tidak berpengalaman," tulis WHO.
Laporan Global kasus tenggelam 2014 menyebut usia sebagai faktor risiko yang besar. Anak-anak usia 1-9 tahun paling berisiko untuk tenggelam dan hal ini biasanya berkaitan dengan minimnya pengawasan.
Di beberapa negara tenggelam bahkan jadi penyebab tertinggi kematian anak-anak. "Di regional Pasifik Barat anak umur 5-14 tahun lebih banyak meninggal karena tenggelam dibandingkan karena sebab lainnya," tulis situs resmi WHO.
Studi melihat bahwa laki-laki lebih berisiko untuk tenggelam dengan tingkat kematian yang hampir dua kali lebih tinggi dibanding wanita. Laki-laki juga disebut lebih mungkin untuk dirawat di rumah sakit setelah tenggelam dibandingkan perempuan.
Mengapa hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih mungkin berada di area dengan akses air atau terlibat dalam perilaku berisiko seperti mabuk sebelum berenang.
Faktor risiko kejadian tenggelam berikutnya adalah akses ke air. Orang-orang yang bekerja misalnya sebagai nelayan menggunakan perahu kecil untuk memancing ikan tentu akan lebih berisiko mengalami kejadian tenggelam di bandingkan mereka yang bekerja di daratan.
Anak-anak yang tinggal di dekat waduk, sungai, laut, atau kolam juga lebih berisiko untuk tenggelam.
"Biasanya tenggelam bertanggung jawab terhadap sekitar 75 persen kematian saat terjadi banjir," tulis WHO.
Dengan meningkatnya tingkat air di dunia kejadian banjir akan menjadi lebih sering dan bersamaan dengan itu juga risiko tenggelam. Risiko tenggelam bisa jadi lebih besar lagi bila orang-orang tinggal di daerah rawan banjir yang minim upaya evakuasi.
Orang yang sehari-harinya bepergian di atas air seperti harus melintasi sungai atau pulau dapat memiliki risiko tenggelam. Ini biasanya berkaitan dengan aspek keamanan transportasi.
"(Contoh -red) perahu tidak memiliki peralatan lengkap atau dioperasikan oleh petugas yang tidak berpengalaman," tulis WHO.
(fds/frp)