6 Tanda Bahaya Perceraian dalam Pernikahan yang Tampak Bahagia

6 Tanda Bahaya Perceraian dalam Pernikahan yang Tampak Bahagia

Firdaus Anwar - detikHealth
Kamis, 22 Nov 2018 15:35 WIB
6 Tanda Bahaya Perceraian dalam Pernikahan yang Tampak Bahagia
Gading dan Gisel sering dianggap couple goals oleh warganet. (Foto: Desi/detikHOT)
Jakarta - Kabar mengejutkan datang dari pasangan artis Gading Marten dan Gisella Anastasia. Gisel ternyata diam-diam menggugat cerai Martin padahal dari luar pernikahan mereka selalu terlihat akur dan harmonis.

Kasus pasangan tampak harmonis lalu tiba-tiba cerai menurut psikolog klinis, Liza Marielly Djaprie, bukan suatu hal yang tidak biasa. Rumah tangga yang selalu romantis belum tentu mencerminkan kelanggengan karena karakter setiap orang berbeda-beda saat menghadapi masalah.

"Beberapa orang secara psikologis dia memutuskan untuk tidak mengumbar apapun tentang masalah dia. Terus secara psikologis dia memang punya karakter yang bagus untuk menutupi yang tetap bisa ketawa-ketawa, tetap bisa beraktifitas, mesra-mesraan bahkan, jadi bisa-bisa aja sih," kata Liza seperti dikutip dari detikHot.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah terkait hal tersebut, sebetulnya ada beberapa tanda bahaya perceraian dalam hubungan yang tampak mesra sekalipun. Berikut rangkumannya:

Tidak pernah bertengkar

Foto: dok. iStock
Sering bertengkar tidak bagus untuk hubungan, namun begitu juga sebaliknya. Pasangan yang tidak pernah bertengkar menurut konsultan hubungan Margaret Bell dari Regis University bisa jadi justru hanya menghindari masalah.

"Tidak pernah bertengkar membuat kamu aman, tapi tidak akan memperkuat hubungan kamu dengan pasangan," kata Margaret seperti dikutip dari Bustle.

"Agar hubungan tetap kuat pasangan harus mencari cara bagaimana caranya menyelesaikan masalah, bahkan untuk hal yang mungkin sepele seperti misalnya masalah cuci piring," lanjutnya.

Punya nilai sosial berbeda

Foto: Istock
Beberapa pasangan mungkin punya nilai sosial yang berbeda. Sebagai contoh satu orang mungkin lebih suka sendiri menghabiskan waktu bersama pasangan, sementara itu pasangannya justru senang bila waktu dihabiskan ramai-ramai bersama kerabat atau anggota keluarga lain.

"Bisa terjadi perbedaan tentang waktu berkunjung keluarga. Kecuali pasangan berdiskusi saling kompromi dan menghargai keingin satu sama lain, mereka akan bercerai atau hidup dalam penyesalan," kata konsultan hubungan Kac Young.

Masalah ekonomi

Foto: Ari Saputra
"Masalah ekonomi adalah salah satu hal yang sering jadi penyebab perceraian," kata Kac. "Untuk menghadapinya kedua belah pihak harus punya persetujuan tentang bagaimana membelanjakan, menabung, dan mengatur uang secara keseluruhan," pungkasnya.

Tidak ada kemesraan

Foto: thinkstock
Ada pasangan yang dari luar tampak akrab selalu ceria menghabiskan waktu bersama. Tapi sudah sampai situ saja kedeketannya karena tidak ada kemesraan atau intimasi seksual dalam hubungan. Psikoterapis Lindsey Huttner mengatakan hal ini dapat mendorong salah satu dari pasangan untuk tertarik dengan orang lain yang bisa memberikan keintiman tersebut.

"Kejadian seperti ini tidak disadari banyak orang tapi umum terjadi. Berujung pada pasangan tertarik pada orang lain karena merasa ada koneksi seksual," kata Lindsey.

Manajemen stres buruk

Foto: Istock
Pasangan yang tidak bisa menghadapi stres dengan baik dapat menggerogoti keharmonisan hubungan. Awalnya mungkin tidak ada masalah namun ketika stres terus menumpuk tidak terselesaikan maka pada satu titik bisa pecah berujung perceraian.

"Pasangan bisa menghabiskan waktu tahunan bersama sampai ini jadi masalah besar... Kalau seseorang tidak bisa mengatur stres, pasangannya mungkin bisa menoleransi selama tidak ada kejadian besar. Tapi ketika pasangan menghadapi hilang pekerjaan, orang tua meninggal, atau krisis finansial maka hubungan mereka mungkin sulit bertahan," kata Lindsey.

Jarak

Foto: Getty Images
Pasangan yang tampak akur selalu bersama tiba-tiba bubar salah satunya bisa karena jarak. "Apakah karena pekerjaan baru yang lokasinya jauh, atau menghabiskan waktu lama di kantor, hal ini bisa membuat pasangan merasa tidak terhubung secara emosional," kata Lindsey.

Dampaknya hubungan pernikahan menjadi semakin rapuh sampai akhirnya berakhir cerai.

Halaman 2 dari 7
Sering bertengkar tidak bagus untuk hubungan, namun begitu juga sebaliknya. Pasangan yang tidak pernah bertengkar menurut konsultan hubungan Margaret Bell dari Regis University bisa jadi justru hanya menghindari masalah.

"Tidak pernah bertengkar membuat kamu aman, tapi tidak akan memperkuat hubungan kamu dengan pasangan," kata Margaret seperti dikutip dari Bustle.

"Agar hubungan tetap kuat pasangan harus mencari cara bagaimana caranya menyelesaikan masalah, bahkan untuk hal yang mungkin sepele seperti misalnya masalah cuci piring," lanjutnya.

Beberapa pasangan mungkin punya nilai sosial yang berbeda. Sebagai contoh satu orang mungkin lebih suka sendiri menghabiskan waktu bersama pasangan, sementara itu pasangannya justru senang bila waktu dihabiskan ramai-ramai bersama kerabat atau anggota keluarga lain.

"Bisa terjadi perbedaan tentang waktu berkunjung keluarga. Kecuali pasangan berdiskusi saling kompromi dan menghargai keingin satu sama lain, mereka akan bercerai atau hidup dalam penyesalan," kata konsultan hubungan Kac Young.

"Masalah ekonomi adalah salah satu hal yang sering jadi penyebab perceraian," kata Kac. "Untuk menghadapinya kedua belah pihak harus punya persetujuan tentang bagaimana membelanjakan, menabung, dan mengatur uang secara keseluruhan," pungkasnya.

Ada pasangan yang dari luar tampak akrab selalu ceria menghabiskan waktu bersama. Tapi sudah sampai situ saja kedeketannya karena tidak ada kemesraan atau intimasi seksual dalam hubungan. Psikoterapis Lindsey Huttner mengatakan hal ini dapat mendorong salah satu dari pasangan untuk tertarik dengan orang lain yang bisa memberikan keintiman tersebut.

"Kejadian seperti ini tidak disadari banyak orang tapi umum terjadi. Berujung pada pasangan tertarik pada orang lain karena merasa ada koneksi seksual," kata Lindsey.

Pasangan yang tidak bisa menghadapi stres dengan baik dapat menggerogoti keharmonisan hubungan. Awalnya mungkin tidak ada masalah namun ketika stres terus menumpuk tidak terselesaikan maka pada satu titik bisa pecah berujung perceraian.

"Pasangan bisa menghabiskan waktu tahunan bersama sampai ini jadi masalah besar... Kalau seseorang tidak bisa mengatur stres, pasangannya mungkin bisa menoleransi selama tidak ada kejadian besar. Tapi ketika pasangan menghadapi hilang pekerjaan, orang tua meninggal, atau krisis finansial maka hubungan mereka mungkin sulit bertahan," kata Lindsey.

Pasangan yang tampak akur selalu bersama tiba-tiba bubar salah satunya bisa karena jarak. "Apakah karena pekerjaan baru yang lokasinya jauh, atau menghabiskan waktu lama di kantor, hal ini bisa membuat pasangan merasa tidak terhubung secara emosional," kata Lindsey.

Dampaknya hubungan pernikahan menjadi semakin rapuh sampai akhirnya berakhir cerai.

(fds/up)

Berita Terkait