Ibu Kian dan Grayson Wu, Lee Chatterson Wu merupakan seorang perawat. Lima bulan sebelumnya, pada saat Kian mengadakan pesta ulang tahun ke-10, ibu mereka mengajari Kian dan Grayson Wu bagaimana cara melakukan resusitasi cardiopulmonary (CPR). Namun ibu dari dua anak ini tidak pernah berpikir bahwa mereka akan membutuhkannya dalam waktu dekat.
"Saya mengajari mereka bagaimana melakukan kompresi, napas, memasukkan hidung, menutupi mulut. Itu pun bukan pengajaran yang sangat mendalam. Sejujurnya aku tidak berpikir mereka akan membutuhkannya, karena hal itu belum terlalu penting untuk anak usia tujuh dan sepuluh tahun," ucap Chatterson dikutip dari DailyMail.
Menurut seorang perawat, Chatterson berpendapat bahwa ketika jantung berhenti dikarenakan kurangnya kadar oksigen pada darah. Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan otak hanya dalam beberapa menit.
Seseorang yang mengalami ini dapat meninggal dalam delapan hingga 10 menit. Fungsi CPR ini dapat menjaga agar darah yang mengandung oksigen dapat mengalir ke otak dan organ vital lainnya sampai perawatan medis yang lebih pasti dapat memulihkan irama jantung yang normal.
"CPR menggandakan tingkat kelangsungan hidup pasien yang mengalami henti jantung meskipun hanya sekitar delapan persen pasien CPR yang diselamatkan oleh prosedur bahkan ketika bantuan cadangan dipanggil segera," jelas Chatterson.
Saat itu Kian dan Grayson Wu sedang bersiap-siap untuk menonton film di rumah nenek mereka di Saskatoon, Kanada, pada 10 November, tiba-tiba tanpa diketahui anak-anak ternyata, Patti Chatterson (62) nenek mereka baru saja mengalami serangan besar dan telah mengalami serangan jantung hingga ia hilangan kesadaran.
Pihak keluarga pun akhirnya mengatakan betapa pentingnya pengajaran CPR di usia berapapun. Jadi ketika nenek mereka Patti Chatterson ambruk, Kian dan Grayson tahu apa yang harus mereka lakukan.
Mereka pertama kali mencoba menelepon ibu dan ayah mereka melalui telepon, tetapi tak ada satu pun dari mereka menjawab. Akhirnya Grayson menelepon 911 saat Kian mulai menekan dada.
"Kami memberi mereka alamat kami, dan kemudian kami memberi tahu mereka bahwa nenek kami tidak sadar dan tidak bangun, tidak bernapas dan tidak memiliki denyut nadi," kata Kian.
Kemudian pihak 911 memberi tahu anak-anak itu untuk segera meletakkan nenek mereka di lantai tanpa bantal.
Setelah itu Kian terus mengompres begitu keras hingga tanpa sengaja ia memecahkan tulang rusuk neneknya, sementara Grayson menancapkan hidungnya dan melakukan penyelamatan napas.
Lalu Paramedis tiba di rumah mereka kurang dari 10 menit kemudian dan harus nenek mereka segera didefibrilasi sebanyak empat kali.
"Aku tidak bisa membayangkan apa yang telah terjadi dalam pikiran mereka, saya benar-benar kagum. Ketika saya mengetahui mereka menyaksikannya dan menindaklanjutinya,
saya sangat bersyukur mereka tahu apa yang harus dilakukan," kata Patti Chatterson, setelah terbangun dari rumah sakit.
Dokter memberi nenek Chatterson obat dengan defibrilator internal, yang ditanam di dalam tubuh dan mengoreksi arrythmias jantung yang paling mengancam jiwa.
Pada hari Selasa, Kian dan Grayson pun mendapatkan penghargaan dari paramedis Saskatoon pada upacara khusus di hari Selasa untuk menghormati dan mengapresiasi keberanian mereka.
Patti Chatterson mengatakan bahwa dia bersyukur bahwa cucunya dapat berpikir dengan cepat di atas kaki mereka meskipun keadaan yang menakutkan. Dia pun berharap orang-orang dapat melihat kejadian medisnya ini sebagai contoh pentingnya belajar CPR.
"Pengajaran CPR ini bukan hal perlu terus digunakan, melainkan apabila kalian melakukannya kalian menyelamatkan hidup seseorang. Dan itu tidak harus dilakukan dengan sempurna, tetapi hanya perlu dilakukan saja," katanya.