Fakta-fakta Sabu, Narkoba yang Ditemukan di Mobil Pria Telanjang

Fakta-fakta Sabu, Narkoba yang Ditemukan di Mobil Pria Telanjang

Aisyah Kamaliah - detikHealth
Jumat, 21 Des 2018 16:14 WIB
Fakta-fakta Sabu, Narkoba yang Ditemukan di Mobil Pria Telanjang
2 pria telanjang ditemukan dalam mobil, satu orang dinyatakan positif narkoba. Foto: Arif Syaefudin/detikcom
Jakarta - Salah satu dari dua pria yang terpergok telanjang bulat di dalam mobil di depan Pasar Trangkil, Pati, dinyatakan positif mengonsumsi narkoba. Hal tersebut diterangkan oleh Kapolres Pati AKBP Jon Wesley Arianto kepada wartawan, Jumat (21/12/18).

"Kalau yang satu dari hasil pemeriksaan dokter, dilakukan tes urine hasilnya positif. Pasti kita akan proses sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku," ujarnya seperti dikutip dari detikNews.

Kapolsek Wedarijaksa AKP Teguh Rusianto sebelumnya menceritakan bahwa polisi membuka pintu mobil dan memaksa keduanya turun. Di dalam mobil, didapati kotoran tinja dari pelaku berceceran. Selain itu ada pula serbuk sabu-sabu di jok mobil.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut ini dirangkum detikHealth mengenai fakta-fakta terkait sabu mulai tanda-tanda pemakai hingga efeknya ketika dikonsumsi.

Apa yang dicari saat pakai sabu?

Foto: Ilustrasi narkoba (Ari-detikcom)
Dilansir drugabuse.gov, sabu atau methamphetamine, merupakan stimulan dengan bentuk serbuk putih dan rasanya pahit. Secara kimia, mirip seperti amphetamine yang digunakan untuk mengobati gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) dan gangguan tidur narkolepsi.

"Nah efek yang diharapkan dari penggunaan sabu atau methamphetamine itu sendiri adalah efek yang sifatnya tuh efek giting atau high atau mencapai suatu kesenangan yang luar biasa," kata Andri, SpKJ, FAPM saat dihubungi detikHealth beberapa waktu lalu.

Pada umumnya, orang menggunakan sabu dilatarbelakangi dengan berbagai alasan, di antaranya agar lebih fokus, tidak gampang lelah dan ada juga yang untuk menambah performa seksual.

"Atau ada juga yang sekedar untuk rekreasi, jadi merasakan kegembiraan yang luar biasa dan rasa senang yang luar biasa," ujar dr Andri yang berpraktik di Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera.

Berapa lama efeknya berlangsung?

Foto: Ilustrasi: Mindra Purnomo/detikcom
Masih menurut dr Andri, sabu bisa membuat seseorang merasa high, malah sampai tidak merasa ingin tidur. Jika dihirup lewat rokok, dalam beberapa menit efeknya akan langsung muncul. Sementara jika ditelan, maka efek bisa muncul sekitar 20 menit kemudian. Efek nikmat akan berlangsung selama empat sampai 12 jam sampai kemudian muncul reaksi balik,

Reaksi balik terjadi biasanya 24 jam sesudahnya. Gejala yang muncul yakni konsentrasi berkurang drastis, sakit kepala, depresi, dan kelelahan. Pada saat inilah biasanya kecanduan mulai timbul. Agar bisa merasa normal kembali pengguna menggunakan dosis yang lebih tinggi.

Tanda-tanda pemakai sabu

Foto: Rachman Haryanto
Secara umum, dampak negatif dari penggunaan sabu-sabu dapat dilihat dari kondisi fisik serta psikis pengguna.

"Secara fisik pengguna sabu-sabu akan terlihat menghela nafas secara cepat, temperatur tubuh meningkat, mulut kering, mabuk serta mual-mual. Sedangkan jika dilihat dari psikis, pengguna akan terlihat gelisah atau cemas, lebih agresif dari biasanya dan memusuhi orang disekitarnya," tutur asisten asosiasi profesor Curtin University's National Drug Research Institute Dr Nicole Lee, mengutip ABC.

Efeknya ketika dikonsumsi saat hamil

Foto: ilustrasi/thinkstock
Mengonsumsi sabu saat hamil tak hanya membahayakan dari segi ibu yang tengah mengandung, tapi juga janin yang ada di dalam kandungan. Dilansir drugabuse.com, sabu berdampak salah satunya menurunnya indeks massa tubuh (BMI) yang mana akan membuat kehamilan jadi berisiko.

Masalah ini kembali memanjang sebab BMI yang rendah bisa meningkat peluang terjadinya komplikasi kehamilan, termasuk juga perawatan rumah sakit yang berulang atau lebih lama. Efek anorektif sabu juga bisa mengakibatkan pertumbuhan janin yang kurang baik di dalam rahim.

Menggunakan sabu selama kehamilan turut berisiko mengurangi aliran darah plasenta wanita. Hal ini dapat menyebabkan hipoksia janin, jumlah oksigen yang tidak mencukupi pada janin

Halaman 2 dari 5
Dilansir drugabuse.gov, sabu atau methamphetamine, merupakan stimulan dengan bentuk serbuk putih dan rasanya pahit. Secara kimia, mirip seperti amphetamine yang digunakan untuk mengobati gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) dan gangguan tidur narkolepsi.

"Nah efek yang diharapkan dari penggunaan sabu atau methamphetamine itu sendiri adalah efek yang sifatnya tuh efek giting atau high atau mencapai suatu kesenangan yang luar biasa," kata Andri, SpKJ, FAPM saat dihubungi detikHealth beberapa waktu lalu.

Pada umumnya, orang menggunakan sabu dilatarbelakangi dengan berbagai alasan, di antaranya agar lebih fokus, tidak gampang lelah dan ada juga yang untuk menambah performa seksual.

"Atau ada juga yang sekedar untuk rekreasi, jadi merasakan kegembiraan yang luar biasa dan rasa senang yang luar biasa," ujar dr Andri yang berpraktik di Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera.

Masih menurut dr Andri, sabu bisa membuat seseorang merasa high, malah sampai tidak merasa ingin tidur. Jika dihirup lewat rokok, dalam beberapa menit efeknya akan langsung muncul. Sementara jika ditelan, maka efek bisa muncul sekitar 20 menit kemudian. Efek nikmat akan berlangsung selama empat sampai 12 jam sampai kemudian muncul reaksi balik,

Reaksi balik terjadi biasanya 24 jam sesudahnya. Gejala yang muncul yakni konsentrasi berkurang drastis, sakit kepala, depresi, dan kelelahan. Pada saat inilah biasanya kecanduan mulai timbul. Agar bisa merasa normal kembali pengguna menggunakan dosis yang lebih tinggi.

Secara umum, dampak negatif dari penggunaan sabu-sabu dapat dilihat dari kondisi fisik serta psikis pengguna.

"Secara fisik pengguna sabu-sabu akan terlihat menghela nafas secara cepat, temperatur tubuh meningkat, mulut kering, mabuk serta mual-mual. Sedangkan jika dilihat dari psikis, pengguna akan terlihat gelisah atau cemas, lebih agresif dari biasanya dan memusuhi orang disekitarnya," tutur asisten asosiasi profesor Curtin University's National Drug Research Institute Dr Nicole Lee, mengutip ABC.

Mengonsumsi sabu saat hamil tak hanya membahayakan dari segi ibu yang tengah mengandung, tapi juga janin yang ada di dalam kandungan. Dilansir drugabuse.com, sabu berdampak salah satunya menurunnya indeks massa tubuh (BMI) yang mana akan membuat kehamilan jadi berisiko.

Masalah ini kembali memanjang sebab BMI yang rendah bisa meningkat peluang terjadinya komplikasi kehamilan, termasuk juga perawatan rumah sakit yang berulang atau lebih lama. Efek anorektif sabu juga bisa mengakibatkan pertumbuhan janin yang kurang baik di dalam rahim.

Menggunakan sabu selama kehamilan turut berisiko mengurangi aliran darah plasenta wanita. Hal ini dapat menyebabkan hipoksia janin, jumlah oksigen yang tidak mencukupi pada janin

(ask/up)

Berita Terkait