Meningkatnya aktivitas abu vulkanik Gunung Anak Krakatau ini juga perlu diwaspadai terkait dampaknya bagi kesehatan.
"Ada dampak akut ada dampak jangka panjang bila menghirup abu vulkanik Gunung Anak Krakatau ini," ujar dr Feni Fitriani Taufik, SpP(K), MPd, Ketua Divisi Paru Kerja dan Lingkungan, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)- RSUP Persahabatan kepada detikHealth.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penampakan erupsi Gunung Anak Krakatau Foto: dok. Susi Air |
Selanjutnya, dampak jangka panjang yang juga berbahaya dan patut diwaspadai dari abu vulkanik ini adalah silikosis. Debu vulkanik mengandung salah satu material silika dengan berbagai ukuran yang bisa mengiritasi saluran napas.
"Debu silika ini yang dapat masuk ke dalam paru atau alveoli yang akan dapat menyebabkan silikosis," ucap dr Feni saat diwawancarai detikHealth, Kamis, (27/12/2018).
Menurut dr Feni karena debu vulkanik ini akan mempengaruhi proses pernapasan dan oksigenasi di dalam tubuh, kita juga harus memperhatikan populasi yang rentan terhadap bahaya debu vulkanik, seperti bayi, balita, orang lanjut usia, orang-orang dengan gangguan paru kronik seperti penderita asma serta PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) dan pasien dengan gangguan kardiovaskuler.
"Jauhilah lokasi sebaran abu vulkanik ini bila semakin memburuk. Perhatikan selalu bila ada sebuah peringatan, segeralah mengevakuasi diri bila ada imbauan lebih lanjut," tutup dr Feni.
(up/up)












































Penampakan erupsi Gunung Anak Krakatau Foto: dok. Susi Air