Makna di Balik 4 Gestur Menarik dalam Debat Capres

Makna di Balik 4 Gestur Menarik dalam Debat Capres

Rosmha Widiyani - detikHealth
Jumat, 18 Jan 2019 15:15 WIB
Makna di Balik 4 Gestur Menarik dalam Debat Capres
Debat Capres 2019. Foto: Edi Wahyono
Jakarta - Debat pasangan calon (paslon) Presiden dan Wakil Presiden pada Kamis (17/01/2019) malam memberikan pembelajaran untuk masyarakat. Salah satunya sebagai bahan untuk lebih mengenali visi dan misi calon pemimpin yang akan dipilih.

"Kedua paslon sebetulnya sama-sama punya tekanan untuk bisa menarik dan menampilkan kesan yang baik. Namun pemimpin yang baik mampu mengendalikan tekanan dan mengomunikasikan konsep di kepalanya pada tiap kelompok generasi masyarakat. Dia bisa serius bicara dengan kalimat yang terstruktur, data yang mampu mempengaruhi aksi dan pikiran, namun juga bisa santai. Pemimpin ini juga tahu cara menarik perhatian generasi milenial yang jumlahnya sudah lebih dari 50 persen," kata Public Speaking Coach Erwin Parengkuan pada detikHealth, Jumat (18/01/2019).

Berikut 4 gestur menarik yang bisa menjadi pembelajaran dari acara debat capres 2019.

Joget dan pijat

Foto: Edi Wahyono
Salah satu paslon menunjukkan gestur joget yang dilanjutkan dengan pijatan dari pasangannya. Gestur ini terjadi usai pernyataan seputar kasus korupsi anggota partai. Menurut Erwin, gestur yang sangat kasual dan rileks ini menunjukkan seperti ingin melepaskan sesuatu yang kemudian ditanggapi pasangannya. Erwin sendiri belum pernah mendapati gestur ini di momen debat dalam negeri atau internasional sebelumnya.

"Debat adalah acara serius bukan untuk bercanda atau main-main. Sebaiknya para peserta harus bisa menahan diri sehingga gestur yang muncul bisa dipertanggungjawabkan," kata Erwin.

Gulung lengan baju

Ilustrasi pekerja yang menggulung lengan bajunya. Foto: Thinkstock
Gestur menggulung lengan baju ditunjukkan salah satu peserta di akhir acara debat. Saat itu, paslon masih punya sisa waktu 2 menit untuk memberikan closing statement. Namun paslon memilih menyudahi debat, karena menilai sudah memberi cukup pernyataan dan paham persoalan yang ada. Keputusan menyudahi ditanggai positif pasangannya meski tidak ikut menggulung baju.

"Menggulung lengan baju hingga 3 kali lipatan biasa dilakukan kaum profesional. Gestur ini menunjukkan dia sudah selesai bekerja dan bersiap melakukan aktivitas lain, misal relaksasi dan pindah ke suasana yang lebih santai (happy hour)," ujar Erwin.

Berbicara dengan telapak tangan tak menggenggam seutuhnya

Ilustrasi bicara dengan telapak tangan membuka. Foto: dok. Thinkstock
Dalam seluruh sesi debat, salah satu paslon kerap memperlihatkan ekspresi telapak tangan separuh menggenggam. Posisi jari jempol dan telunjuk tampak berdempetan dengan menyisakan rongga di antara ruas jari lainnya. Telapak tangan ini terus bergerak dengan intonasi suara yang kadang tinggi, rendah, atau playfull.

"Ekspresi ini memang tidak tampil terus menerus dari paslon tersebut. Gaya bicara ini menunjukkan ekspresi keterbukaan dari paslon kepada masyarat," kata Erwin.

Ekspresi bicara dengan jari menunjuk dan telapak tangan menggenggam

Kepalan tangan. Foto: Widiya Wiyanti/detikHealth
Ekspresi bicara lain yang kerap timbul adalah jari yang menunjuk, serta tangan yang menggenggam kuat. Menurut Erwin gaya ini ingin menunjukkan adanya otoritas atau wewenang terhadap kelompok lain.

"Komunikasi bertujuan ingin membangun hubungan dengan masyarakat atau lingkungan sekitar. Setiap gestur dan materi komunikasi bisa punya dampak dan makna besar bagi lawan bicara. Bahasa tubuh yang terbuka mampu membangun hubungan dengan orang lain," kata Erwin.

Halaman 2 dari 5
Salah satu paslon menunjukkan gestur joget yang dilanjutkan dengan pijatan dari pasangannya. Gestur ini terjadi usai pernyataan seputar kasus korupsi anggota partai. Menurut Erwin, gestur yang sangat kasual dan rileks ini menunjukkan seperti ingin melepaskan sesuatu yang kemudian ditanggapi pasangannya. Erwin sendiri belum pernah mendapati gestur ini di momen debat dalam negeri atau internasional sebelumnya.

"Debat adalah acara serius bukan untuk bercanda atau main-main. Sebaiknya para peserta harus bisa menahan diri sehingga gestur yang muncul bisa dipertanggungjawabkan," kata Erwin.

Gestur menggulung lengan baju ditunjukkan salah satu peserta di akhir acara debat. Saat itu, paslon masih punya sisa waktu 2 menit untuk memberikan closing statement. Namun paslon memilih menyudahi debat, karena menilai sudah memberi cukup pernyataan dan paham persoalan yang ada. Keputusan menyudahi ditanggai positif pasangannya meski tidak ikut menggulung baju.

"Menggulung lengan baju hingga 3 kali lipatan biasa dilakukan kaum profesional. Gestur ini menunjukkan dia sudah selesai bekerja dan bersiap melakukan aktivitas lain, misal relaksasi dan pindah ke suasana yang lebih santai (happy hour)," ujar Erwin.

Dalam seluruh sesi debat, salah satu paslon kerap memperlihatkan ekspresi telapak tangan separuh menggenggam. Posisi jari jempol dan telunjuk tampak berdempetan dengan menyisakan rongga di antara ruas jari lainnya. Telapak tangan ini terus bergerak dengan intonasi suara yang kadang tinggi, rendah, atau playfull.

"Ekspresi ini memang tidak tampil terus menerus dari paslon tersebut. Gaya bicara ini menunjukkan ekspresi keterbukaan dari paslon kepada masyarat," kata Erwin.

Ekspresi bicara lain yang kerap timbul adalah jari yang menunjuk, serta tangan yang menggenggam kuat. Menurut Erwin gaya ini ingin menunjukkan adanya otoritas atau wewenang terhadap kelompok lain.

"Komunikasi bertujuan ingin membangun hubungan dengan masyarakat atau lingkungan sekitar. Setiap gestur dan materi komunikasi bisa punya dampak dan makna besar bagi lawan bicara. Bahasa tubuh yang terbuka mampu membangun hubungan dengan orang lain," kata Erwin.

(up/up)

Berita Terkait