"Dan 30 persen anak dengan penyakit langka ini meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun. Saya melihat banyak anak-anak di Indonesia terlambat ditangani karena minimnya pengetahuan mengenai penyakit-penyakit langka dan penangannya," kata dr Damayanti.
Selain soal penanganan dan pengobatan, para orang tua yang memiliki anak pengidap penyakit langka kerap merasa takut untuk memiliki anak lagi. Pasalnya mereka khawatir anak berikutnya juga berisiko terkena penyakit langka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita bisa bantu dengan genetical counseling. Karena kita sekarang kan punya IMERI (laboratorium FKUI), biasanya sampel gen dikirim keluar [negeri]. Nanti kalau kita udah dapet murasinya, nah kalau memang si ibu atau bapaknya ada pembawa sifat, nanti kita bisa pakai sistem bayi tabung. Kalau bayi tabung kan dilihat dulu nih si janin ada kelainan apa nggak, kalo nggak ada baru dimasukkin ke ibunya. Kemungkinan untuk dapat bayi normal lebih besar," terang dr Damayanti kepada detikHealth.
Bagi para orang tua, setidaknya perhatikan apabila anak-anak memiliki ciri-ciri atau gejala yang tidak biasa. Ia menyarankan untuk datang ke RSCM sebagai pusat penanganan penyakit langka se-Indonesia, di mana akan dibantu tim untuk mendiagnosis.
Kemudian bisa jadi karena keterbatasan biaya, soal donasi atau penggalangan dana, tim dr Damayanti juga membuka donasi lewat laman KitaBisa.com untuk memudahkan para pasien. "Tetap datang [ke RSCM], kita nggak pernah tau apakah akan obatnya atau tidak, tapi di tempat kita akan diusahakan bagaimanapun caranya," pungkasnya.
(frp/up)











































