Sering Disangka DBD, Ini 5 Penyakit dengan Gejala Mirip-Mirip

Sering Disangka DBD, Ini 5 Penyakit dengan Gejala Mirip-Mirip

Aisyah Kamaliah - detikHealth
Kamis, 31 Jan 2019 09:31 WIB
Sering Disangka DBD, Ini 5 Penyakit dengan Gejala Mirip-Mirip
Tanda demam berdarah. Foto: BBC Magazine
Jakarta - Sejumlah penyakit memiliki gejala yang mirip-mirip dengan demam berdarah dengue (DBD). Misalnya saja tipes atau tifoid yang kerap bikin bingung, apakah ini tanda DBD atau bukan. Akan tetapi, sebenarnya antara satu penyakit dengan penyakit tersebut memiliki sejumlah perbedaan.

Untuk lebih pasti, tentunya kamu harus memastikannya ke dokter yang akan melakukan sejumlah pemeriksaan. Akan tetapi, kalau kamu sekadar penasaran, berikut adalah beberapa penyakit yang punya gejala mirip DBD dan perbedaannya.

DBD vs Tipes

Foto: BBC Magazine
Tipes yang sering dibilang orang sebenarnya adalah demam tifoid. Tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonela typhi. Kamu bisa terkena tifoid melalui makanan, minuman, atau air yang sudah terkontaminasi. Sementara DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan masuk melalui gigitan nyamuk aedes aegepti yang telah terinfeksi.

Keduanya punya gejala yang sama seperti misalnya demam tinggi, atau nyeri perut meskipun DBD biasanya lebih terasa sakit. Selain itu DBD punya gejala khas yakni bintik merah akibat pendarahan yang jika ditekan biasanya warnanya tidak pudar.

DBD vs Flu

Foto: shutterstock
Beberapa hari setelah terjangkit virus, pasien DBD menjadi mudah tersinggung, gelisah, dan berkeringat. Penyakit ini sering dimulai dengan kenaikan suhu yang tiba-tiba disertai dengan wajah memerah dan gejala mirip flu lainnya (demam, mengigil, sakit kepala, dan pegal-pegal). Demam biasanya berlanjut selama dua hingga tujuh hari, seperti dikutip dari denguevirus.net.

Perlu dicatat, demam yang terjadi akibat flu dan infeksi dari virus atau bakteri biasanya disertai dengan gejala bersin atau batuk sedangkan gejala demam pada DBD tidak selalu begitu. Batuk bisa saja ditemukan namun batuk biasanya tidak berdahak. Kalau sudah menemukan tanda-tanda mirip flu, disertai gejala lainnya yang hebat, jangan sungkan untuk pergi ke dokter guna diagnosis lebih tepat.


DBD vs Campak

Foto: Thinkstock
Sering keliru membedakan antara campak dan DBD? Sekilas keduanya memang punya gejala yang hampir sama yakni adanya bintik merah pada kulit. Perbedaannya, ruam pada campak timbul pada hari ke-3 setelah itu makin banyak dan warnanya menjadi kehitaman.

Beda dengan campak, DBD biasanya akan berkurang di hari ke-4 atau ke-5, dan kemudian akan menghilang. Selain itu bintik pada campak terasa gatal, sementara pada pasien DBD tidak demikian.


DBD vs Chikungunya

Foto: thinkstock
Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Chikungunya keduanya ditularkan oleh nyamuk jenis Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Meski begitu mereka datang dari virus yang berbeda.

"DBD disebabkan oleh virus dengue sedangkan Chikungunya disebabkan oleh virus Chikungunya. Keduanya ditularkan oleh nyamuk jenis Aedes aegypti dan Aedes albopictus," jelas Prof Tjandra Yoga Aditama, yang saat itu masih menjabat Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, dalam keterangan tertulis.

Prof Tjandra menerangkan gejala khas DBD adalah demam tinggi, timbulnya bintik merah, adanya penurunan trombosit dan peningkatan hematokrit. Sedangkan Chikungunya selain demam dan ruam kemerahan, tanda khasnya adalah nyeri pada persendian yang biasanya menyebabkan penderita sulit untuk berjalan.

"Kata Chikungunya berasal dari bahasa Swahili yang berarti: yang tertekuk atau bungkuk, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (Arthralgia)," tambah Prof Tjandra.

DBD dan Malaria

Foto: BBC Magazine
Demam dan mengigil ada persamaan dari penyakit ini namun nyamuk penyebab kedua penyakit itu jenisnya berbeda.

"Aedes aegypti kakinya seperti macan tutul, sedangkan kalau Anopheles biasanya kakinya lebih panjang dan lebih besar," terang drh Olan Sebastian, MM, dalam perbincangan beberapa waktu lalu dengan detikHealth.

Malaria memiliki masa inkubasi lebih lama. Karena itu DBD umumnya menyerang secara mendadak, sedangkan malaria biasanya menunjukkan waktu yang lebih lama dari awal digigit nyamuk hingga muncul gejala.

Dokter biasanya akan mengecek riwayat pengidap terlebih dahulu karena malaria biasa terjadi pada daerah endemis. Pemeriksaan laboratorium tetap diperlukan untuk melakukan diagnosis secara pasti.
Halaman 2 dari 6
Tipes yang sering dibilang orang sebenarnya adalah demam tifoid. Tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonela typhi. Kamu bisa terkena tifoid melalui makanan, minuman, atau air yang sudah terkontaminasi. Sementara DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan masuk melalui gigitan nyamuk aedes aegepti yang telah terinfeksi.

Keduanya punya gejala yang sama seperti misalnya demam tinggi, atau nyeri perut meskipun DBD biasanya lebih terasa sakit. Selain itu DBD punya gejala khas yakni bintik merah akibat pendarahan yang jika ditekan biasanya warnanya tidak pudar.

Beberapa hari setelah terjangkit virus, pasien DBD menjadi mudah tersinggung, gelisah, dan berkeringat. Penyakit ini sering dimulai dengan kenaikan suhu yang tiba-tiba disertai dengan wajah memerah dan gejala mirip flu lainnya (demam, mengigil, sakit kepala, dan pegal-pegal). Demam biasanya berlanjut selama dua hingga tujuh hari, seperti dikutip dari denguevirus.net.

Perlu dicatat, demam yang terjadi akibat flu dan infeksi dari virus atau bakteri biasanya disertai dengan gejala bersin atau batuk sedangkan gejala demam pada DBD tidak selalu begitu. Batuk bisa saja ditemukan namun batuk biasanya tidak berdahak. Kalau sudah menemukan tanda-tanda mirip flu, disertai gejala lainnya yang hebat, jangan sungkan untuk pergi ke dokter guna diagnosis lebih tepat.


Sering keliru membedakan antara campak dan DBD? Sekilas keduanya memang punya gejala yang hampir sama yakni adanya bintik merah pada kulit. Perbedaannya, ruam pada campak timbul pada hari ke-3 setelah itu makin banyak dan warnanya menjadi kehitaman.

Beda dengan campak, DBD biasanya akan berkurang di hari ke-4 atau ke-5, dan kemudian akan menghilang. Selain itu bintik pada campak terasa gatal, sementara pada pasien DBD tidak demikian.


Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Chikungunya keduanya ditularkan oleh nyamuk jenis Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Meski begitu mereka datang dari virus yang berbeda.

"DBD disebabkan oleh virus dengue sedangkan Chikungunya disebabkan oleh virus Chikungunya. Keduanya ditularkan oleh nyamuk jenis Aedes aegypti dan Aedes albopictus," jelas Prof Tjandra Yoga Aditama, yang saat itu masih menjabat Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, dalam keterangan tertulis.

Prof Tjandra menerangkan gejala khas DBD adalah demam tinggi, timbulnya bintik merah, adanya penurunan trombosit dan peningkatan hematokrit. Sedangkan Chikungunya selain demam dan ruam kemerahan, tanda khasnya adalah nyeri pada persendian yang biasanya menyebabkan penderita sulit untuk berjalan.

"Kata Chikungunya berasal dari bahasa Swahili yang berarti: yang tertekuk atau bungkuk, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (Arthralgia)," tambah Prof Tjandra.

Demam dan mengigil ada persamaan dari penyakit ini namun nyamuk penyebab kedua penyakit itu jenisnya berbeda.

"Aedes aegypti kakinya seperti macan tutul, sedangkan kalau Anopheles biasanya kakinya lebih panjang dan lebih besar," terang drh Olan Sebastian, MM, dalam perbincangan beberapa waktu lalu dengan detikHealth.

Malaria memiliki masa inkubasi lebih lama. Karena itu DBD umumnya menyerang secara mendadak, sedangkan malaria biasanya menunjukkan waktu yang lebih lama dari awal digigit nyamuk hingga muncul gejala.

Dokter biasanya akan mengecek riwayat pengidap terlebih dahulu karena malaria biasa terjadi pada daerah endemis. Pemeriksaan laboratorium tetap diperlukan untuk melakukan diagnosis secara pasti.

(ask/up)

Berita Terkait