Kadang kita juga menganggap keringat begitu penting saat berolahraga atau beraktivitas karena menjadi tanda banyaknya racun keluar dari tubuh atau bobot turun. Sebenarnya mana yang mitos mana yang fakta ya? Coba simak penjelasan berikut ini:
Keringat bau?
|
Foto: iStock
|
Bakteri tersebut memecah protein dan lipid dari kelembaban kulit dari kelenjar apokrin, yang berada di ketiak. Protein-protein tersebut memberi makan bakteri yang hidup di kulit kita.
Bikin noda kuning?
|
Foto: Thinkstock
|
"Keringat itu jernih. Namun saat bercampur dengan bakteri, lemak dan minyak di kulit, bisa menimbulkan warna kuning pada kain," kata Jeannette Graf, asisten profesor klinis dermatologi di Mount Sinai Medical Center New York.
Keringat mengeluarkan racun dari tubuh?
|
Foto: Thinkstock
|
Racun dipecahkan di dalam hati atau liver kita, dan racun tersebut keluar melalui urine, bukan melalui keringat, ya. Akan tetapi, bukan berarti sauna atau berolahraga tidak baik, gunakan dua hal tersebut sebagai relaksasi kulit.
Banyak keringat, makin kurus
|
Foto: Thinkstock
|
Saat berolahraga pun sama. Semakin tinggi kadar aktivitasmu memang bisa membuatmu berkeringat lebih, namun suhu ruangan, pakaian dan kondisi fisik juga bisa menjadi faktor tambahan yang mempengaruhi.
"Kamu bisa berolahraga seperti biasa dan ketika kondisi tubuhmu baik, bisa saja kamu berkeringat sedikit. Indikator yang lebih baik bisa melihat detak jantung dan kalori yang terbakar," kata Dee Anna Glaser, profesor dermatologi di St. Louis University.
Keringat bikin jerawatan?
|
Foto: dok. Thinkstock
|
Halaman 2 dari 6











































