Cek 5 Mitos dan Fakta Soal Keringat, Benarkah Mengeluarkan Racun?

Cek 5 Mitos dan Fakta Soal Keringat, Benarkah Mengeluarkan Racun?

Frieda Isyana Putri - detikHealth
Selasa, 12 Feb 2019 13:02 WIB
Cek 5 Mitos dan Fakta Soal Keringat, Benarkah Mengeluarkan Racun?
Mitos dan fakta keringat. Foto: thinkstock
Jakarta - Keringat mungkin satu produksi alami tubuh yang tidak terlalu kita anggap penting. Kadang kita menganggap keringat mengganggu karena bau dan meninggalkan noda kuning di pakaian.

Kadang kita juga menganggap keringat begitu penting saat berolahraga atau beraktivitas karena menjadi tanda banyaknya racun keluar dari tubuh atau bobot turun. Sebenarnya mana yang mitos mana yang fakta ya? Coba simak penjelasan berikut ini:

Keringat bau?

Foto: iStock
Faktanya, keringat sendiri sebenarnya tidak berbau. Sumber dari semua bau keringat adalah karena bercampur dengan bakteri yang menutupi tubuh kita.

Bakteri tersebut memecah protein dan lipid dari kelembaban kulit dari kelenjar apokrin, yang berada di ketiak. Protein-protein tersebut memberi makan bakteri yang hidup di kulit kita.

Bikin noda kuning?

Foto: Thinkstock
Faktanya, keringat selain tidak berbau juga tidak berwarna. Sehingga noda warna kuning yang menempel di baju berwarna terangmu itu sebagian besar disebabkan karena reaksi dengan deodoran, antiperspirant dan zat-zat lainnya.

"Keringat itu jernih. Namun saat bercampur dengan bakteri, lemak dan minyak di kulit, bisa menimbulkan warna kuning pada kain," kata Jeannette Graf, asisten profesor klinis dermatologi di Mount Sinai Medical Center New York.

Keringat mengeluarkan racun dari tubuh?

Foto: Thinkstock
Faktanya, walau keluar dari tubuh namun keringat tidak membawa racun. Sebagian besar keringat terdiri dari air dan garam beserta beberapa protein, lemak dan hal-hal lainnya.

Racun dipecahkan di dalam hati atau liver kita, dan racun tersebut keluar melalui urine, bukan melalui keringat, ya. Akan tetapi, bukan berarti sauna atau berolahraga tidak baik, gunakan dua hal tersebut sebagai relaksasi kulit.

Banyak keringat, makin kurus

Foto: Thinkstock
Faktanya, yang berkurang bukan bobot tubuh namun bobot air di dalam tubuh. Akan tetapi, begitu kamu meminum air lagi, maka beratnya akan kembali lagi. Sehingga ungkapan semakin berkeringat semakin banyak bobot tubuh yang berkurang, sudah jelas mitos.

Saat berolahraga pun sama. Semakin tinggi kadar aktivitasmu memang bisa membuatmu berkeringat lebih, namun suhu ruangan, pakaian dan kondisi fisik juga bisa menjadi faktor tambahan yang mempengaruhi.

"Kamu bisa berolahraga seperti biasa dan ketika kondisi tubuhmu baik, bisa saja kamu berkeringat sedikit. Indikator yang lebih baik bisa melihat detak jantung dan kalori yang terbakar," kata Dee Anna Glaser, profesor dermatologi di St. Louis University.

Keringat bikin jerawatan?

Foto: dok. Thinkstock
Faktanya, jerawat atau breakout di wajah terjadi saat kelenjar sebum tersumbat oleh minyak, bukan keringat. Akan tetapi ada satu kondisi yang disebut bacne, yakni kondisi saat mengenakan sport bra terlalu lama bisa mendorong bakteri masuk ke kelenjar sebum, menyebabkan jerawat.

Halaman 2 dari 6
Faktanya, keringat sendiri sebenarnya tidak berbau. Sumber dari semua bau keringat adalah karena bercampur dengan bakteri yang menutupi tubuh kita.

Bakteri tersebut memecah protein dan lipid dari kelembaban kulit dari kelenjar apokrin, yang berada di ketiak. Protein-protein tersebut memberi makan bakteri yang hidup di kulit kita.

Faktanya, keringat selain tidak berbau juga tidak berwarna. Sehingga noda warna kuning yang menempel di baju berwarna terangmu itu sebagian besar disebabkan karena reaksi dengan deodoran, antiperspirant dan zat-zat lainnya.

"Keringat itu jernih. Namun saat bercampur dengan bakteri, lemak dan minyak di kulit, bisa menimbulkan warna kuning pada kain," kata Jeannette Graf, asisten profesor klinis dermatologi di Mount Sinai Medical Center New York.

Faktanya, walau keluar dari tubuh namun keringat tidak membawa racun. Sebagian besar keringat terdiri dari air dan garam beserta beberapa protein, lemak dan hal-hal lainnya.

Racun dipecahkan di dalam hati atau liver kita, dan racun tersebut keluar melalui urine, bukan melalui keringat, ya. Akan tetapi, bukan berarti sauna atau berolahraga tidak baik, gunakan dua hal tersebut sebagai relaksasi kulit.

Faktanya, yang berkurang bukan bobot tubuh namun bobot air di dalam tubuh. Akan tetapi, begitu kamu meminum air lagi, maka beratnya akan kembali lagi. Sehingga ungkapan semakin berkeringat semakin banyak bobot tubuh yang berkurang, sudah jelas mitos.

Saat berolahraga pun sama. Semakin tinggi kadar aktivitasmu memang bisa membuatmu berkeringat lebih, namun suhu ruangan, pakaian dan kondisi fisik juga bisa menjadi faktor tambahan yang mempengaruhi.

"Kamu bisa berolahraga seperti biasa dan ketika kondisi tubuhmu baik, bisa saja kamu berkeringat sedikit. Indikator yang lebih baik bisa melihat detak jantung dan kalori yang terbakar," kata Dee Anna Glaser, profesor dermatologi di St. Louis University.

Faktanya, jerawat atau breakout di wajah terjadi saat kelenjar sebum tersumbat oleh minyak, bukan keringat. Akan tetapi ada satu kondisi yang disebut bacne, yakni kondisi saat mengenakan sport bra terlalu lama bisa mendorong bakteri masuk ke kelenjar sebum, menyebabkan jerawat.

(frp/up)

Berita Terkait