"Salah satu hal yang melatari budaya cewek melamar cowok adalah pernikahan dini yang masih sangat kuat di daerah ini. Dalam istilah kasarnya, perempuan seperti takut kehabisan stok laki-laki jika sampai usia 18 tahun belum menikah," kata peneliti Efa Nugroho dari Universitas Negeri Semarang (Unnes) dalam studi berjudul Faktor Predisposing, Enabling, dan Reinforcing yang Berhubungan dengan Praktik Pernikahan Dini pada Remaja di Kabupaten Rembang dalam diseminasi hasil penelitian Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), pada detikHealth, Kamis (14/02/2019).
Menurut Efa perempuan di Kabupaten Rembang sangat takut dengan istilah perawan tua, hingga akhirnya memilih melamar lebih dulu. Faktor lainnya adalah peran laki-laki yang masih sangat dominan di Kabupaten Rembang, termasuk dalam hal memilih pasangan. Pihak laki-laki bisa memilih perempuan yang hendak dijadikan istri, yang kadang tidak mempertimbangkan perasaan pihak perempuan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini sesungguhnya memprihatinkan, karena pernikahan dini diyakini berisiko terhadap masa depan keluarga yang hendak dibangun. Ketidaksiapan fisik dan mental menjadi orangtua menyebabkan keluarga tersebut bisa mengalami masalah dalam pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.











































