Ada juga beberapa kasus amputasi penis lainnya disebabkan oleh kecelakaan yang tidak disengaja. Untuk hal seperti ini dokter mungkin bisa melakukan operasi penyambungan kembali tergantung dari kondisi penis.
Apa saja kasus-kasus amputasi penis yang pernah terjadi? Berikut rangkuman detikHealth dari berbagai sumber:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Dipotong kekasih
Pada tahun 2013 lalu seorang pria bernama Abdul Muhyi (21) menjadi korban pemotongan kelamin oleh wanita yang merupakan kekasihnya. Kondisi kesehatan Abdul terganggu karena ia jadi tidak bisa buang air kecil seperti biasa dan kehidupan seksualnya terancam.
2. Kesalahan sunat
Khitan yang dilakukan oleh pensiunan mantri kesehatan, warga Kecamatan Doro, Pekalongan, pada September 2018 lalu berakhir tragis bagi seorang bocah. Kepala penisnya tidak sengaja terpotong oleh alat pemotong listrik (electric cautery).
Keluarga langsung membawa korban ke rumah sakit untuk mengurangi pendarahan. Namun alat kelamin yang sudah terpotong tidak bisa tersambung lagi.
3. Lepas sendiri
Seorang pria berusia 65 tahun di India sedang menjalani perawatan kanker saat penisnya mengalami autoamputasi.
Dalam perawatan, petugas gagal memasang kateter yakni saluran yang dipasang di penis untuk membantu buang air kecil. Kegagalan tersebut merusak jaringan di penisnya sehingga mengalami gangrene Fournier, yang memakan jaringan lain di sekitarnya.
Dua pekan kemudian, ketika dokter hendak memotong jaringan yang terinfeksi, didapati bahwa penis yang bersangkutan sudah terlepas dengan sendirinya. Para dokter menyebutnya autoamputasi.
4. Kanker
Seorang pria di Swedia harus merelakan penisnya diamputasi karena digerogoti kanker ganas yang terlambat mendapat penanganan. Gejala kanker sudah dirasakan sejak tahun lalu, namun dokter mengira hanya radang saluran kencing yang tidak berbahaya.
Pria yang tidak disebutkan namanya tersebut memeriksakan dirinya untuk pertama kali pada September 2009 di sebuah klinik di Blekinge, Swedia selatan. Ketika itu ia datang dengan gejala infeksi saluran kencing dan ia hanya mendapat pegobatan antibiotik.
Hingga akhirnya ketika kanker ganas terdiagnosis, dokter tidak punya banyak pilihan selain mengamputasi penis si pasien untuk mencegah penyebaran sel kanker ke jaringan lain di sekitarnya.
5. Ereksi tak berhenti
Seorang pria di India mencari pertolongan medis karena ereksi yang tidak terkendali. Selama 48 jam ia bergelut dengan nyeri yang tidak tertahankan pada penis.
Saat ereksi mulai bisa dikendalikan, masalah baru lalu muncul. Kemaluan pasien berusia 52 tahun ini berangsur menghitam, perubahan warna yang mengindikasikan gangrene atau kematian jaringan. Karena tidak ada pilihan dokter terpaksa mengamputasi bagian yang mengalami kematian jaringan sebelum kondisinya makin buruk.











































