"Skizofrenia sebenarnya adalah gangguan otak ya, ketidakseimbangan kimiawi di dalam otak yang gejalanya berupa gangguan jiwa. Sering distigma atau disalah artikan sebagai gila," jelas dr I Gusti Rai Wiguna, SpKJ salah satu founder dari Rumah Berdaya yang merupakan tempat rehabilitasi psikososial bagi Orang dengan Skizofrenia (ODS) atau ODGJ, di Denpasar, Bali, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penyebabnya multifaktorial, sama lah kencing manis penyebabnya apa? Makanan? Nggak juga kan, banyak yang makanannya seperti itu nggak kencing manis. Jadi ada faktor internal, genetik, ada yang di sini (Rumah Berdaya -- red) sodaraan atau ayah-anak. Tapi bukan harus selalu genetik, ada yang lebih banyak lagi tidak punya keluarga skizofrenia tapi punya skizofrenia," jelasnya.
Secara keseluruhan masyarakat sendiri, sebenarnya mempunyai kerentanan sebanyak 1 persen dari populasi. Apabila seseorang memiliki siblings atau saudara kandung yang memiliki skizofrenia risikonya meningkat menjadi 10 persen, sementara jika memiliki paman skizofrenia risikonya 6 persen.
"Selain itu keadaan ketika mengandung, misalnya selama mengandung mengalami trauma atau kekerasan. Atau saat persalinan, kalau jaman dulu kan harus didorong-dorong. Kemudian faktor bullying di sekolah itu sangat berpengaruh. Kemudian penggunaan narkoba itu kan mengganggu zat kimia di otak. Itu kan saling berhubungan," pungkasnya.











































