Pengalaman mati suri ini bisa dirasakan siapa saja, mulai dari mereka yang tidak dalam bahaya kematian sampai yang telah mengalami momen mengancam jiwa seperti serangan jantung, tabrakan mobil, hampir tenggelam atau di situasi pertempuran.
Temuan yang disampaikan pada 5th European Academy of Neurology (EAN) Congress dipaparkan oleh peneliti dari berbagai negara Eropa termasuk Kopenhagen, Denmark, Berlin, dan Norwegia.
Dikutip dari Live Science, dalam penelitian tersebut, peserta studi mengaku merasakan jiwanya tersedot, merasakan persepsi waktu yang tidak normal, perasaan terpisah dari tubuh, bahkan merasa berada dalam terowongan yang gelap dengan cahaya di ujung.
Seorang wanita yang menjadi objek penelitian menceritakan pengalamannya saat mengalami mati suri. "Saya merasa seperti baru saja meninggal dan pergi ke surga. Saya mendengar suara-suara dan saya yakin tidak akan kembali ke dunia. Itu benar-benar sangat aneh," kenangnya.
Sebagian besar merasakan mati suri adalah pengalaman yang damai dan tenang namun 73 persen dari peserta mengatakan hal itu tidak menyenangkan.
Peneliti utama Dr Daniel Kondziella, ahli saraf di University of Copenhagen, mengatakan, "Temuan utama kami adalah bahwa kami mengkonfirmasi hubungan pengalaman mendekati kematian dengan REM (Rapid Eye Movement) atau gangguan tidur," sebutnya.
Meskipun hubungan itu bukan hubungan sebab akibat, Kondziella mengidentifikasi mekanisme fisiologis di balik mati suri bisa membuat kita lebih paham mengenai pengalaman tentang mati suri.
(kna/frp)