Kena Kanker Langka, Pria Ini Mengira Benjolan adalah Rambut Tidak Tumbuh

Kena Kanker Langka, Pria Ini Mengira Benjolan adalah Rambut Tidak Tumbuh

Rosmha Widiyani - detikHealth
Jumat, 02 Agu 2019 16:45 WIB
Meski tak selalu, kanker kerap ditandai dengan benjolan (Foto: thinkstock)
Jakarta - Michael Croteau tidak menyangka benjolan di paha kanannya adalah gejala kanker langka pseudomyogenic hemangioendothelioma (PHE). Mahasiswa 21 tahun tersebut awalnya mengira, benjolah tersebut adalah rambut yang tidak tumbuh atau ingrown hair. Dikutip dari Web Md, rambut yang mengalami ingrown hair sebetulnya tumbuh namun tidak keluar dari kantungnya sehingga bergelung di bawah kulit.

Croteau awalnya mengalami sensasi otot yang terasa kencang (tightness) di lutut kanan dan otot di paha depan (quadriceps) pada 2017. Setelah mengalami kondisi tersebut, Croteau mendapati ada benjolan di paha kanannya yang sempat dianggap ingrown hair. Namun Croteau dan ibunya Susan Williams khawatir karena benjolan tersebut tumbuh, berubah warna, dan terlihat seperti mengalami infeksi sekitar Desember 2017.

Bersama ibunya, Croteau kemudian ke dokter kulit untuk memeriksakan benjolan tersebut. Dokter kemudian merujuknya ke UT Southwestern Medical Center untuk pendapat alternatif. Hal ini juga untuk mengantisipasi jika benjolan tersebut adalah gejala penyakit yang lebih mematikan. Croteau kaget saat hasil pemeriksaan menyatakan dirinya jena kanker langka dengan angka kesembuhan minim.

"Saya bisa merasakannya tepat di bawah kulit seperti ada tekanan. Saya tidak pernah punya ingrown hair sebelumnya, jadi tak pernah liat atau merasakan langsung. Saya memang sempat mengorek-ngorek benjolan tersebut tapi tidak mendapati ada rambut di dalamnya. Saya sangat kaget. Kondisi ini tak pernah saya kira bisa terjadi, apalagi di usia sekarang," kata Coteaiu dikutip dari Daily Mail.



PHE adalah jenis kanker langka yang hingga kini belum bisa disembuhkan. Menurut Epithelioid Hemangioendothelioma (EHE) Foundation, PHE hanya dialami 1 dari jutaan orang di dunia. Untuk warga Amerika, PHE didiagnosa terjadi pada kurang dari 100 orang per tahun. PHE adalah jenis kanker sarkoma yang menyerang bagian tengah tubuh misal jaringan otot, tulang, dan pembuluh darah. Pertumbuhannya cenderung lambat dan tidak lekas menyebar, namun minim respon terhadap pengobatan kemoterapi atau radiasi.

Dokter yang menangani Croteau sempat menyarankan amputasi untuk mencegah penyebaran kanker. Namun saran ini ditolak karena tidak disetujui dokter ahli tulang yang juga menangani Croteau. Selain itu, Croteau juga merasa takut jika harus kehilangan bagian tubuh mulai dari pinggul ke bawah. Croteau memilih pengobatan eksperimental yang kini sedang dilakukan para dokter di MD Anderson Cancer Center, Houston.

Hasil MRI dan CT Scan menyatakan, sel kanker telah menyebar hingga kulit, otot, dan tulang. Meski kanker terus menyebar, Croteau merasa pengobatan dengan kemoterapi oral dan radiasi pahanya berdampak positif. Sejak didiagnosa pada 2018, kanker tidak tumbuh agresif dan rasa sakit yang muncul bisa ditoleransi. Croteau melakukan biopsi dan pemeriksaan lain secara teratur untuk mengetahui pertumbuhan kankernya.




(up/up)