Namun menurut Mutia Lestari, pengalaman listrik padam massal di sebagian pulau Jawa pada akhir pekan lalu menilai cooler box tak efektif. Lantaran ia mengalami listrik padam selama 15 jam, dari jam 12 siang hingga jam 3 pagi. Oleh sebab itu ia harus merelakan sebaskom ASIP-nya dibuang karena terlalu lama cair.
Berbeda dengan Mutia, menurut pengalaman dr Eni Gustina, MPH, Sekretaris Ditjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, cooler box justru bisa menjadi salah satu antisipasi yang baik dengan adanya inisiatif. Ia menceritakan pengalaman menantunya saat listrik padam kemarin yang menyiasati penyimpanan ASIP di cooler box dengan membeli es balok besar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setiap Ibu kan punya coolbox ya, dengan berbagai cara deh aku mengalami sendiri di rumah. Anak mantuku beli es balok untuk menjaga ASIPnya tetap dalam temperatur yang bisa dipertahankan. Listrik mati udah sampai 3 jam dia harus udah mikir dong, ini ASI saya dalam freezer mau diapain? Kan kita sewa freezer tuh khusus untuk ASI, pas listrik mati dia antisipasi dia ke mamanya anterin ke sana," kata Eni kepada detikHealth saat ditemui di sela acara Pekan ASI Sedunia 2019, Rabu (7/8/2019).
Mencari rumah kerabat atau teman yang tidak mengalami mati listrik untuk menumpangkan ASIP juga bisa menjadi solusi lainnya. Eni menegaskan pentingnya para working mom memiliki inisiatif dan antisipasi untuk kondisi yang tak bisa dikendalikan seperti mati listrik.
"Sebetulnya dalam setiap langkah kita harus selalu berantisipasi ya. Saya tidak menyalahkan ketika itu memang menjadi kondisi yang tidak bisa ditolak. Saya tidak bisa mengatakan orang tidak bisa komplain listrik mati," pungkasnya.
(frp/up)











































